Lihat ke Halaman Asli

Jagat Alit

Konten Kreator

Serial Sejarah, Genjik dan Gendon

Diperbarui: 5 Desember 2019   00:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diolah dari pinterest.com/quixotries.blogspot.com

Gendon, Genjik dan Suratan TakdirGendon, hanya tersenyum samar, melihat dua anak kampung bermain hormat bendera di bawah rerimbunan bilah bambu. Hatinya berdesir, seirama desiran dedaunan bambu yang bergesek magis.
Ia ingat dahulu, dalam adegan yang sama.
Yang menghormat bendera dengan semangat adalah Genjik, yang memegang bambu bendera adalah Gendon dirinya sendiri.

Cerita itu telah lama berselang, namun ketika ia bertemu dan menyaksikan adegan hormat bendera itu, kenangannya menggulung cepat ke masa lalu. Ke jaman perjuangan, sebelum Indonesia merdeka.

Gendon dan Genjik adalah sahabat sejati. Tak terpisahkan. Selalu berdua, di manapun mereka berada.
Di kali mereka berdua, di lapangan pinggir sawah, mereka berdua. Di kejar-kejar pemilik buah juwetpun mereka berdua, dikejar karena mencuri.
Di mana ada Gendon, dipastikan ada Genjik.
Di mana ada Genjik, Gendon tak ketinggalan ada di sana. Tidak terpisahkan. Mereka kecil bersama. Bermain bersama. Hingga tumbuh dewasapun bersama pula. Dua sahabat sejati.

Genjik karena keberanian dan ketangkasannya menjadi seorang pejuang dengan senjata laras panjang di tangan kanannya. Sedang Gendon, karena memang seorang penakut, ia tetap menjadi rakyat jelata.
Di mana ada Genjik di situ pula ada Gendon.
Genjik didepan menjaga dan menyerang musuh, Gendon di belakang menjaga perbekalan dan melindungi penduduk yang bergerak mengungsi.
Hingga tentara Jepang menguasai Indonesia, berhasil mengusir tentara Belanda dan saat itu Kabupaten Jepara jatuh ke tangan Jepang.

Terjadi eksodus besar-besaran, tentara kuning kecil ini ternyata lebih galak dari pada sinyo-sinyo merah muda itu.

Atas instruksi dari pemimpin perjuang yang bermarkas di Karisidenan Pati, sebelah timur Jepara. Dilakukan evakuasi rakyat yang dikawal tentara pejuang untuk bergerak ke timur meninggalkan daerah Jepara yang sudah hampir pelosok daerahnya di kuasai Jepang.

Rombongan bergerak ke timur, melintasi hutan, melintasi kebun, menyebrang kali, naik bukit, menempuh perjalanan panjang menghindari kekejaman tentara kuning kate itu.

Genjik dan tentara pejuang yang lain memimpin bergerak, menerabas hutan, melawan jika bertemu tentara Jepang.
Sedang Gendon dibelakang mengawal rakyat yang mengungsi dan mengurusi perbekalan.

Matahari sebentar lagi hilang ke arah barat. Magrib sebentar lagi turun, dari bawah rerimbunan pohon berbaris tentara, rakyat dan para sukarelawan. Markas pejuang tinggal beberapa kilo meter di depan. Dan perjalan harus cepat, sebelum gelap. Tinggal menyeberangi jembatan kayu dan bambu melintas di atas kali yang sangat lebar. Kalinya lebar dan berair deras. Mau tidak mau harus menyeberangi jembatan itu. Tempat yang sangat berbahaya dan tidak terlindung.

Jembatan itu hanya cukup menyeberang dua orang berendeng. Harus menyeberang dengan hati-hati, karena kalau ada beban melintas, jembatan itu bergoyang, berderit, berkereot... mengerikan.

Rombongan sudah melintas sebagian. Karena harus menyeberang hati-hati dan setiap melangkah jembatan akan bergoyang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline