Lihat ke Halaman Asli

Ivone Dwiratna

Seorang hamba TUHAN

Penglihatan Ataukah Mimpi Kosong?

Diperbarui: 30 April 2017   03:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Tahun 2008, kami mengunjungi keluarga Kakak di Denpasar, Bali. Bertemu dengan 2 keponakan tercinta yang masih lucu-lucunya. Kami menginap di rumah Kakak dan menghabiskan banyak waktu bersama selama beberapa hari. Hingga tanpa terasa, waktu cepat berlalu dan besok kami harus pulang ke Jawa Timur.

Malam itu kami makan malam sekeluarga di Jimbaran. Ada Kodok juga, sahabat keluarga kami yang setiap menyeringai, bisa dipastikan kami aman. Hehehe...  Kawan Kakak, tapi sudah seperti saudara dengan kami.  Entah siapa nama aslinya, tapi aku terbiasa memanggilnya dengan sebutan Kodok. Dengan badannya yang ukuran 5L, tidak sulit bagi kami untuk mendapatkan parkir di malam yang ramai di Jimbaran. Cukup buka kaca mobil, bicara sedikit dan menampakkan wajahnya yang galak, tiba-tiba bisa parkir di tempat yang tadinya tidak boleh. Lumayan, jadi bisa parkir dekat lokasi yang hendak kami tuju.

Sepulang dari Jimbaran, kami segera beristirahat karena subuh sudah harus persiapan pulang. Saat itu kami semua tidur nyenyak. Tiba-tiba Kakak Iparku berteriak-teriak dalam tidurnya. Lalu ada yang membangunkannya. Lamat-lamat diantara sadar dan tidak sadar dalam tidurku, aku mendengar Kakak Iparku bercerita mimpi didatangi perempuan muda berambut pendek, tapi Kakak iparku tidak mau.

Setelah itu semua tidur kembali. Tenang, sunyi... Hingga ganti Mama yang berteriak-teriak dalam tidurnya. Ternyata Mama mimpi didatangi perempuan yang sama dengan yang mendatangi Kakak Iparku dan Mama tidak mau juga...

Lalu aku kembali tertidur.. Tapi kali ini, ternyata perempuan muda itu ganti mendatangiku. Ugh...

Aku melihatnya. Gadis muda ini berambut bob. Tidak cantik, tapi manis. Wajah khas Bali dan kulitnya sawo matang. Kurus, tingginya sekitar 155-160 cm. Usianya sekitar 18-19 tahunan. Dia bersandar di dinding. Wajah dan gesture tubuhnya seperti gelisah. Ia seperti ingin menunjukkan sesuatu padaku.

Tiba-tiba aku berada di sebuah bakery. Seperti sebuah outlet baru. Tidak terlalu luas. Pembelinya ramai. Kulihat gadis itu berdiri melayani pembeli di bagian meja kasir. Masih pegawai baru sepertinya. Ada 2 orang di meja itu. Pegawai perempuan berseragam mini sack dress hijau pupus kombinasi abu-abu. Laki-lakinya bercelana panjang dan baju atasan yang senada. Nuansa bakery nya juga sewarna dengan seragamnya dan ada panel-panel kayu disana. Mereka semua melayaninya dengan berdiri. Pintu luar dan sekelilingnya sepertinya dari kaca. Ruangannya tidak terlalu besar. Tapi disana penataannya modern dan bagus. Aku melihat ada pintu di samping kanan meja kasir (jika dilihat dari arah kasir yang melayani) dan karyawan bakery itu hilir mudik, keluar masuk melewati pintu itu. Selanjutnya ada satu karyawan yang memanggil gadis muda itu, sepertinya disuruh menemui Boss nya. Lalu ada pengganti yang menggantikan pekerjaan gadis itu tadi.

Aku tidak tahu, apakah gerai bakery tersebut satu tempat dengan lokasi dimana pertama kali aku melihat gadis itu bersandar di dinding. Yang kutahu, setelahnya, aku seperti melihat pengulangan gambar gadis itu sedang bersandar di dinding. Berdiri dengan gelisah di ujung lorong gelap.

Tiba-tiba gadis ini seperti dipanggil anak buah sang Boss yang hendak ditemui. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Kulihat gadis itu masuk dalam lorong gelap dan lorong itu berujung sebuah halaman luas. Sampai disitu, nampak ada lelaki lagi yang sepertinya telah menunggu mereka dan bergabung berjalan. Kedua lelaki itu, hanya nampak sosoknya yang kekar dalam gelap. Dan tiba-tiba gadis itu diseret dan dinaikkan diatas sebuah meja kayu besar berbentuk persegi yang posisinya menempel pada tembok bata warna putih. Aku melihat sang gadis meronta dan berusaha melawan sekuat tenaga. Tapi, kedua orang itu memegangnya dengan sangat kuat. Lalu aku melihat satu diantara kedua lelaki itu memenggal kepalanya... Ya Allah...

Setelahnya aku melihatnya berbicara padaku, dia bercerita jika ia dikorbankan untuk kesuksesan usaha sang Boss. Semacam ritual untuk kekayaan dengan mengorbankan karyawannya. Ia berkata jika pilihan Boss adalah anak gadis yang masih belia dan polos seperti dia. Dia bercerita dengan emosional.

Lalu aku terbangun setelah dibangunkan karena berteriak-teriak dalam tidur..

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline