Lihat ke Halaman Asli

Istin Wigati

semangaat

Menanamkan Karakter Kejujuran dalam Pembelajaran Daring

Diperbarui: 28 Mei 2021   12:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanamkan Karakter Kejujuran dalam Pembelajaran Daring. | Kompas

Di masa pandemi covid 19 ini, pembelajaran dilakukan secara daring, anak-anak belajar dari rumah dibimbing orang tua . Guru melakukan pembelajaran dalam jaringan melalui aplikasi tatap muka secara virtual seperti Google meet atau Zoom meet. 

Semua itu dilakukan guna mencegah penyebaran virus covid 19 terhadap mereka. Tentu saja guru berharap agar anak-anak tetap dapat melaksanakan pembelajaran meskipun tanpa tatap muka secara langsung, selain itu dengan dilaksanakannya pembelajaran di rumah diharapkan agar orang tua dapat mengetahui keaktifan anaknya serta seberapa besar daya tangkap anak terhadap materi saat pembelajaran.

Selain pembelajaran melalui aplikasi tatap muka virtual,untuk pemberian informasi serta tanggapan maupun pertanyaan dari orang tua,guru membentuk grup Whatsaap.

Melalui pembelajaran daring, sebenarnya saya selaku guru merasa khawatir akan tingkat kejujuran anak dalam hal mengerjakan tugas.Saya kurang yakin bahwa orang tua di rumah akan menekankan kejujuran pada anak dalam mengerjakan tugas yang seharusnya dilakukan mandiri dimana peran orang tua sebatas membimbing dan mendampingi.

Baca juga: Apakah Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Efektif di Indonesia?

Selama ini proses pembelajaran di sekolah Guru selalu menanamkan sifat jujur dengan tujuan agar anak terbiasa dengan karakter jujur dalam hal apapun.Tetapi yang terjadi dengan pembelajaran di rumah justru tidak sesuai dengan harapan saya selaku Guru yang selalu berusaha dan membimbing anak untuk jujur. Karena kebanyakan orang tua selalu menginginkan anak-anaknya untuk mendapatkan nilai sempurna.

Sementara mereka tidak mau menyadari bahkan beberapa tidak mau mengakui bahwa kemampuan anak-anak mereka terbatas,karena pada dasarnya anak-anak memiliki kemampuan berberda-beda tergantung bakat dan minat anak itu sendiri. Mereka tidak mau anak-anaknya mendapatkan nilai lebih rendah dibandingkan dengan  teman-teman mereka. 

Bahkan orangtua merasa malu jika anak-anaknya tidak mendapatkan nilai yang sempurna.Padahal yang diharapkan oleh seorang guru,orang tua dirumah hanya membimbing anak dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh Guru dan sebagai Guru yang menginginkan murid-muridnya memiliki kejujuran tinggi saya berharap orang tua bisa membiarkan anak mengerjakan tugas-tugas dari sekolah saat mereka belajar dari rumah melalui daring secara mandiri yaitu dengan  menemukan jawabannya sendiri sesuai dengan pemahaman mereka.

Namun fakta di lapangan,kebanyakan Orang tua lebih memilih untuk  memberikan jawaban yang benar secara langsung  kepada anak ,mereka tidak menyadari bahwa tindakan tersebut justru membuat anak tidak mandiri dan tentu saja tindakan tersebut mengesampingkan kejujuran.

Bahkan tidak segan-segan mereka membentak,mencubit bahkan memukul anak-anaknya jika  anak-anaknya tidak bisa memahami pembelajarannya.Sangat bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh saya sebagai seorang guru.

 Saya hanya berharap orang tua membimbing anak-anaknya agar anak berusaha memahami materi,mencari jawaban dan anak menulis jawaban dari tugas itu sendiri entah benar entah salah karena disini kita bisa membentuk dan mengarahkan anak pada kejujuran. Saya hanya mengharapkan orang tua dapat menanamkan sikap kejujuran pada anak-anak.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline