Lihat ke Halaman Asli

Isson Khairul

TERVERIFIKASI

Journalist | Video Journalist | Content Creator | Content Research | Corporate Communication | Media Monitoring

Kata Sultan, Lebih Baik Tidak Ada Sepakbola di Jogja

Diperbarui: 26 September 2020   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kepatihan Jogja. Kini, ada 2.458 kasus positif Covid-19 di Jogja. Agar tidak tercipta klaster baru di Jogja dan demi alasan kemanusiaan, mestinya Sri Sultan Hamengku Buwono X menolak PSSI menggelar pertandingan Liga 1 Indonesia di Jogja. Foto: kompas.com

Itu titah Sri Sultan Hamengku Buwono X. Itu dititahkan pada Senin (21/10/2019) lalu. Kenapa? Karena, Sultan sangat amat prihatin dengan kericuhan biadab yang terjadi saat pertandingan PSIM versus Persis Solo di Stadion Mandala Krida, Jogja, pada Senin (21/10/2019) tersebut. Kini, PSSI dengan Liga 1 Indonesia, akan menambah keprihatinan Sultan?

Klaster Balbalan Jogja

Pada Senin (23/03/2020) lalu, Sultan juga prihatin. Bukan karena sepakbola, tapi karena pandemi virus corona. Dari Bangsal Kepatihan Jogja, Sultan mengingatkan, "Kita selayaknya bisa menjaga kesehatan, laku prihatin, dan juga wajib menjalankan aturan baku dari sumber resmi yang terpercaya."

Keprihatinan Sri Sultan Hamengku Buwono X, tentulah belum berakhir. Pada Jumat (25/09/2020) kemarin, Berty Murtiningsih selaku juru bicara Pemprov Jogja menyebut, total kasus positif Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebanyak 2.458 kasus.

Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) nampaknya tidak peduli pada keprihatinan Sri Sultan. Buktinya, PSSI tetap menjadwalkan putaran Liga 1 Indonesia, yang rencananya mulai digelar Kamis (01/10/2020) di Jogja.

Ada tiga stadion yang akan digunakan: Sultan Agung Bantul, Mandala Krida Jogja, dan Maguwoharjo Sleman. Sepakbola tentulah akan menimbulkan kerumunan massa. Ini cabang olahraga terpopuler di Indonesia, juga sejagat raya.

Meski penonton dibatasi, meski mungkin tanpa penonton, kerumunan massa pastilah tak terhindarkan. Di dalam stadion boleh jadi, bisa dikendalikan. Di luar stadion? Di tempat-tempat nonton bareng? Balbalan pasti identik dengan kerumunan.

Di pandemi Covid-19 ini, berkerumun dilarang. Berkumpul, dilarang. Apakah PSSI buta huruf, sampai tidak tahu larangan tersebut? Atau, PSSI idiot, hingga tak paham bahwa kerumunan bisa menciptakan klaster baru Covid-19? Jangankan kerumunan karena sepakbola, ngumpul makan di angkringan pun, bisa tercipta klaster angkringan.

Isson Khairul bersama Budi Tanjung dari CNNIndonesia dan Didik Wiratno dari reportasenews.com, mewawancarai Yosef Erwiyantoro alias Cocomeo Cacamarica di Jalan Daksinapati, Rawamangun, Jakarta Timur. Foto: joko dolok

Klaster Liga 1

Untuk putaran Liga 1 Indonesia tersebut, akan datang tim Persiraja Banda Aceh, Barito Putra, Borneo FC, Bali United, PSM Makassar, Persipura Jayapura, PS Tira Persikabo, Bhayangkara FC, dan Persija Jakarta ke Jogja. Para pemain sepakbola itu saja, sudah pasti menimbulkan kerumunan. Anggaplah tiap tim terdiri dari 25 orang, maka mereka saja sudah mencapai jumlah 225 orang.

Ke-225 orang dari sejumlah tim sepakbola tersebut, tentulah akan berinteraksi dengan mereka yang berada di Jogja. Bisa dengan pelaku sepakbola, bisa juga dengan warga lain yang relevan. Interaksi pendatang dengan warga lokal Jogja, tentulah berpotensi pada penularan Covid-19.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline