Lihat ke Halaman Asli

Isma Nuryani

Guru sekolah dasar di wilayah kabupaten Cilacap

Alergi

Diperbarui: 22 Oktober 2022   02:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angin bertiup kencang. Awan nampak tak bersahabat. Kilatan putih di langit nampak di kejauhan. Dia masih berlarian dengan boneka nya yang kusam. 

Senyumnya merekah menenangkanku. "Ayo, kita berangkat sekolah" ucapnya pada benda mati yang lembut itu.

Udara semakin dingin. Angin semakin semriwing. Butiran air jatuh dari langit. Suara pukulanya di atas genting memekakan telinga. Berisik tak berirama. 

Dia masih saja menggendong bonekanya. "Kak, masuk yuk, sudah hujan" ajakanku yang diikuti langkahnya. Meninggalkan teras yang telah gelap.

Di dalam ruangan 3x3 meter kita menikmati turunnya hujan. Kasur empuk, wangi kamar mengajakku untuk tidur. Ada yang berbeda dengannya. 

Tangannya tak henti memegang mata, kaki dan tangannya. Terlihat dia sibuk dengan anggota tubuhnya yang memerah. 

Kuamati lebih dekat nampak matanya berbeda. "Bunda, kok aku terasa jendol di mata, lihat ini" Aku pun terkejut melihat mukanya yang membengkak. 

Segera ku baluri bagian tubuhnya dengan minyak telon. Kuhalangi gerakan tangannya untuk berhenti menggaruk. Hmmm, udara dingin ini membuat alergi buah hatiku kambuh. 

Majenang, 21 Oktober 2022

Isma Nuryani




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline