Lihat ke Halaman Asli

Tiga Kuliner Wajib Saat ke Bandung

Diperbarui: 9 Mei 2018   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sop Buntut Dapur Dahapati. Foto: Isa Rian Fadilah

Apa yang membuat orang mau melancong ke Bandung? Mungkinkah wisatawan berpikir hal lain selain kuliner? Bisa jadi karena tempat wisatanya, tapi hampir pasti mereka pun mengincar kulinernya. Makanan sudah lumrah jadi salah satu alasan para wisatawan untuk berkunjung ke Kota Kembang. 

Bersyukurlah masyarakat Bandung atas segala kenikmatan sajian kulinernya yang begitu melimpah dan, yang juga tak kalah penting, mudah didapat. Ini baru akan disadari secara sahih dan tak terbantahkan ketika orang Bandung merantau ke tempat lain. 

Saya contohnya (saya sebenarnya orang Cimahi, tapi hidup saya tak lepas dari Bandung). Merantau ke Medan, saya semakin teryakinkan bahwa Bandung punya segalanya soal kuliner.

Ada beberapa panganan di Bandung yang punya magnet yang begitu kuat bagi saya. Makanan-makanan ini punya daya tarik yang tidak dimiliki kebanyakan lantaran kualitas rasanya. Kuliner ini berhasil membuat saya kembali dan kembali lagi. Pertama, Dapur Dahapati. Resto ini adalah spesialis sop buntut. Anda tak bisa mendapatkan makanan lain di sini. Cuma sop buntut, tapi bukan main enaknya.

Kebetulan, saya pernah berbincang dengan supervisor Dapur Dahapati, Ajeng, tentang sejarah dan bagaimana tempat ini bisa menghasilkan sop semaknyus itu. Menurut dia, Dapur Dahapati sudah puluhan tahun konsisten mempertahankan resep sop buntut secara turun temurun. Sang pemilik resto menjaga resep pemberian sang nenek yang berdarah Thailand. Boleh dibilang, sop buntut di sini merupakan perpaduan antara citarasa nusantara dengan sentuhan sensasi Thailand.

Ciri khas yang paling melekat pada sop buntut di sini adalah kekayaan rasa kuah dan tekstur daging buntut sapinya. Sensasi kuahnya memang amat terasa, bukan sekadar asin. Saya tak mau menyisakan sedikit pun kuahnya. Daging buntut sapi di sini segar, empuk, dan lembut. Penikmatnya tak perlu kerepotan mengunyah dagingnya. Bau amis pun sama sekali tidak tercium.

"Pelanggan di sini sering menyebut sop buntut di Dahapati itu dagingnya copot, tinggal tulangnya. Maksudnya saat mereka makan sop buntut di sini hanya menyisakan tulangnya," ujar supervisor Dapur Dahapati.

Saya semakin penasaran dengan cara membuatnya. Ternyata, proses pembuatan sop ini merepotkan dan memakan waktu lama. Buntut sapi segar dicuci terlebih dahulu hingga bersih dan tidak meninggalkan bau tak sedap. Buntut kemudian direbus dengan menggunakan beragam rempah seperti merica, pala, bawang bombay dan rempah lainnya.

Mayoritas pelanggan memesan sop buntut untuk dibawa pulang atau pun pesan antar. Dapur Dahapati mampu menghabiskan sekitar 150 porsi sop buntut dalam sehari. Jika sedang ramai-ramainya, lebih dari 200 porsi sop buntut di dua outlet habis terjual dalam sehari.

"Konsumen kami bukan dari Bandung saja. Banyak dari Jakarta. Malah ada yang bawa sampai ke Singapura. Mereka biasanya dibekukan," ucapnya.

Ada dua tempat yang bisa Anda kunjungi, yakni di Jalan Anggrek dan Jalan Cipaganti Bandung. Cukup merogoh kocek Rp 100 ribu, Anda sudah bisa menikmati sop buntut dan jus di sini. Itu pun masih kembalian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline