Lihat ke Halaman Asli

Irwan Rinaldi Sikumbang

TERVERIFIKASI

Freelancer

Indahnya Katalog Barang, Hati-hati PHP

Diperbarui: 15 Maret 2016   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dulu saya sering sekali menerima brosur katalog barang. Sekarang sering pula dikirim via email. Mayoritas berasal dari bank tempat saya memiliki kartu kredit. Saya membayangkan teman-teman yang punya banyak kartu tentu akan lebih banyak lagi menerima kiriman sejenis.

Kalau sekilas saya memperhatikan beberapa teman saya, responnya terhadap katalog yang bergambar indah itu sangat beragam. Dari yang paling ekstrim, langsung membuang ke tong sampah tanpa meneliti dulu (kalau via email berarti langsung di-delete), sampai yang mengarsipnya secara rapi, karena memang tertarik, baik karena barangnya dibutuhkan, atau sekadar memenuhi rasa penasaran saja, dan yang paling sering tertarik karena diskon yang besar.

Arsip secara rapi biasanya berdasarkan jenis barang. Kelompok terbesar adalah katalog yang berkaitan dengan fashion, lalu food and beverage, gadget dan asesorisnya, peralatan rumah tangga, kebutuhan harian, dan juga travelling and leisure. Tentu masih banyak barang lain yang bersifat spesifik, seperti buku eksiklopedi, alat ukur tekanan darah, dan sebagainya.

Katalog barang bisa pula tersamar di banyak majalah khusus tentang gaya hidup. Kebanyakan sih gratis, meski majalah dicetak dalam edisi luks. Di pesawat, di taksi tertentu, di kereta api eksekutif,  di ruang tunggu rumah sakit, majalah seperti itu gampang ditemukan. Dalam versi yang lebih sederhana bahkan ada pula yang dibagikan dari rumah ke rumah. 

Iseng-iseng coba saja dikumpulkan ada berapa banyak lembaran kertas yang tahu-tahu sudah ada di teras rumah, saat anda baru membuka pintu pagar setelah capek seharian beraktivitas. Mulai dari price-list dari dealer mobil, apartemen yang lagi dibangun yang katanya mulai minggu depan harga naik, menu katering sehat untuk seminggu, pijat tuna netra, servis AC, penawaran pembantu rumah tangga, badut untuk acara ulang tahun, sampai sedot WC.

Lalu diapain kertas-kertas itu? Ya sama saja seperti katalog mewah, ada yang langsung menjadi penghuni tong sampah, ada pula yang menyimpan baik-baik. Siapa tahu suatu saat dibutuhkan. Tapi yang ingin saya ketahui adalah apakah ada yang merasa terteror oleh gempuran katalog tersebut? Lebih rendah dari terteror adalah terganggu. Di zona kontrasnya, tentu ada yang merasa terbantu.

Bayangan saya, mohon maaf kalau keliru, kebanyakan adalah merasa terganggu. Ini artinya merugikan kedua belah pihak. Si pembuat katalog hanya membuang uang saja, si penerima katalog merasa tidak memerlukan. Jarang pula yang menyimpan, karena sekarang ini bila butuh informasi atas suatu barang dan jasa tinggal ketik saja di gadget, seketika bermuinculan datanya.

Dan yang paling berbahaya adalah bisa pula berakibat negatif berupa turunnya reputasi produsen barang dan jasa, bila katalog yang indah hanya bersifat PHP alias pemberi harapan palsu saja. "Raso karancak" atau "raso kalamak" kata orang Minang, yang artinya sesuatu yang menerbitkan selera, kayaknya sih bagus atau kayaknya sih enak.  Banyak barang yang tak seindah gambarnya. Atau untuk dapat hadiah, diskon atau gimmick lainnya tidak seperti persepsi konsumen. Konsumen sendiri dalam posisi yang lemah karena ada huruf kecil di katalog yang tertera:"syarat dan ketentuan berlaku".

Makanya bagi produsen, pikirkan matang-matang metode pemasaran yang efektif dengan cara yang efisien. Sedangkan bagi konsumen, pepatah lama "teliti sebelum membeli" tetap relevan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline