Lihat ke Halaman Asli

Irsan Nur Hidayat

Jakarta, Indonesia

VAR Justru Memunculkan Drama Baru dalam Sepak Bola

Diperbarui: 18 Februari 2020   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam beberapa tahun belakangan, teknologi memang semakin berkembang. Ia menjangkau ke semua hal, bahkan termasuk dalam olahraga. Seperti teknologi mata elang dalam bulutangkis dan tenis, kini, Sepak Bola pun mulai mengadopsi teknologi dalam permainannya.

Setelah penggunaan teknologi garis gawang (Goal Line Technology atau GLT), penggunaan alat komunikasi antar wasit, kini bertambah lagi teknologi baru dalam sepak bola, yaitu dengan penggunaan video assistant referee (VAR), atau dalam bahasa Indonesia nya adalah asisten wasit video.

VAR diciptakan untuk membantu wasit utama dalam mengambil keputusan penting, seperti pengesahan gol, menentukan suatu insiden apakah layak diberikan penalti atau tidak, dan pemberian kartu baik kuning maupun merah.

Cara kerjanya ialah, ketika ada insiden yang janggal, maka wasit VAR akan berkomunikasi dengan wasit utama yang ada di lapangan, untuk kemudian, apabila wasit ingin memastikan apakah kejadian atau insiden janggal itu benar adanya, wasit bisa menuju ke pinggir lapangan, untuk melihat layar yang telah disediakan yang berisi tayangan ulang dari berbagai sudut.

Lalu, jika sudah yakin dengan keputusannya, maka wasit bisa kembali menuju ke lapangan untuk memberikan keputusannya. VAR sendiri sudah mulai diterapkan oleh FIFA selaku asosiasi sepak bola tertinggi di dunia dalam beberapa ajang, seperti Piala Konfederasi 2017 dan Piala Dunia 2018 di Rusia.

Sejumlah pencinta sepak bola awalnya meragukan teknologi ini, karena, selama ini sepak bola memang terkenal dengan berbagai drama yang terjadi di dalamnya. Memang benar, VAR semestinya ada, untuk meminimalisasi kontroversi yang ada di dalam sepak bola.

Setelah sukses pada Piala Dunia 2018 di Rusia, maka beberapa liga di Eropa pun berinisiatif untuk menerapkan VAR ke dalam kompetisinya, termasuk dalam UEFA Champions League. Tentunya, kita masih ingat bagaimana Manchester City harus kandas di perempat final setelah kalah oleh Tottenham Hotspurs secara agregat gol tandang ketika itu.

Sebenarnya, pada leg kedua yang berlangsung di Etihad Stadium kala itu, di menit-menit akhir Raheem Sterling berhasil mencetak gol untuk mengubah skor menjadi 5-3. Namun, setelah di-review oleh wasit, gol tersebut dianulir, karena, pengumpan saat itu, Sergio Aguero sudah berada di dalam posisi offside.

Alhasil, Pep Guardiola yang sudah kegirangan harus tertunduk malu karena timnya kembali gagal melaju ke semifinal setelah di musim sebelumnya dikandaskan oleh Liverpool.

Setelah beberapa liga sudah mulai menerapkan VAR, Liga Inggris pun mulai melakukan hal yang sama pada musim 2019-2020. Sebagai liga yang ditonton jutaan bahkan mungkin milyaran orang di penjuru dunia, tentunya, apapun yang terjadi di Liga Inggris bakal menjadi sorotan, termasuk dengan penggunaan VAR ini.

Penggunaan VAR di Liga Inggris ini cukup menarik perhatian, karena penggunaannya yang berbeda dengan apa yang selama ini kita lihat di liga-liga Eropa lainnya dan Piala Dunia. Hal ini cukup menarik kontroversi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline