Lihat ke Halaman Asli

Irmina Gultom

TERVERIFIKASI

Apoteker

Vapers, Jangan Tutup Matamu

Diperbarui: 3 Oktober 2019   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: thejakartapost.com

Belakangan rokok elektrik (e-cigarette) atau istilah gaulnya vape kembali naik daun setelah beberapa waktu lalu sejumlah warga Amerika Serikat mengalami penyakit paru misterius (dan bahkan ada kasus kematian) yang diduga berhubungan dengan vape. 

Setelah itu berbagai pesan kesehatan untuk menghindari penggunaan vape semakin marak. Baik melalui portal berita online, termasuk media sosial yang dianggap lebih efektif untuk menjangkau kaum dewasa muda yang mendominasi kelas pengguna. Pesan tersebut umumnya berupa infografis maupun video.

Namun sayangnya, sama seperti iklan rokok konvensional yang bahkan terang-terangan memperlihatkan gambar atau video yang menyeramkan akibat merokok, himbauan tersebut ditolak mentah-mentah oleh pengguna vape. 

Mereka bahkan seakan menuduh lembaga/instansi tertentu telah menyebarkan informasi yang tak berdasar untuk menakut-nakuti pengguna vape, hingga menuduh mendapat "sogokan" dari pabrik rokok untuk menjatuhkan vape. 

Apalagi setelah berita rencana kenaikan cukai rokok mencuat, yang tentunya dapat memberi peluang kenaikan penggunaan produk vape.

Banyak dari mereka yang meminta bukti ilmiah yang menyatakan bahwa vape berbahaya, terutama ketika ada beberapa artikel (salah satu contohnya ini) yang menyatakan bahwa vape lebih aman (hingga 95%) daripada rokok konvensional. 

Padahal kalau mereka niat mencari, ada begitu banyak jurnal ilmiah di internet yang menjabarkan bahayanya rokok elektrik. Bahkan sama banyaknya dengan jurnal/artikel ilmiah tentang bahaya rokok konvensional.

Sama Bahayanya dengan Rokok Konvensional
Rokok elektrik umumnya mengandung bahan-bahan kimia seperti Benzene, Propylene Glycol, Diacetyl, Perisa hingga logam berat. Namun komposisi yang menjadi fokus kajian adalah Propylene glycol dan diacetyl, dimana kedua bahan ini umumnya menjadi komposisi terbanyak dalam rokok elektrik.

Sebagian orang mungkin berdalih bahwa rokok elektrik sebenarnya aman, namun akan jadi berbahaya ketika dicampur dengan senyawa aktif Ganja yakni Tetrahydrocannabinol (THC) atau narkoba lainnya. 

Namun terlepas dari apakah rokok elektrik mengandung nikotin dan/atau THC atau tidak, komposisi rokok elektrik tetap memiliki bahaya yang sama dengan rokok konvensional, seperti Propylene glycol dan diacetyl.

Propylene glycol atau dikenal juga dengan glycerol umumnya aman untuk digunakan dalam produk perawatan kulit sebagai moisturizer (menjaga kelembaban kulit). 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline