Lihat ke Halaman Asli

irmanda nyoman

Wanita bagi Indonesia Lebih Baik

Hari Kunjung Perpustakaan, Upaya Menggiatkan Semangat Literasi Anak Bangsa

Diperbarui: 15 September 2021   18:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber foto: pexels.com

Belum banyak orang tahu, setiap tanggal 14 September kita memperingati Hari Kunjung Perpustakaan. Harapannya, masyarakat Indonesia semakin menyadari pentingnya meningkatkan minat baca.

Tak hanya bagi masyarakat, bulan September menjadi bulan yang istimewa bagi setiap insan perpustakaan, baik pustakawan maupun para pegiat literasi. Hari Kunjung Perpustakaan merupakan hari istimewa bagi mereka.

 Pasalnya, Hari Kunjung Perpustakaan adalah momentum yang sangat penting dan patut dirayakan dengan berbagai kegiatan, tidak hanya oleh Perpustakaan Nasional (Perpusnas) saja tetapi juga perpustakaan daerah dan perpustakaan khusus lainnya.

 Menurut Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan Joko Santoso, hal tersebut diselenggarakan sebagai salah satu upaya untuk menunjukkan semangat dan komitmen untuk terus menggerakkan produktivitas bangsa, serta kemampuan bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa melalui membaca.

 Pada kesempatan tersebut, Joko menceritakan sejarah di balik Hari Kunjung Perpustakaan. Dia mengatakan perayaan ini dimulai sejak 14 September 1995, yakni pada saat pemerintahan Presiden Soeharto. 

 Hal tersebut berawal dari dari Ketetapan Presiden Soeharto kepada Kepala Perpustakaan Nasional RI dengan surat nomor 020/A1/VIII/1995 pada tanggal 11 Agustus 1995. Isi dalam surat tersebut menuliskan tentang usulan pencanangan hari kunjung perpustakaan pada tanggal 14 September 1995.

 Presiden Soeharto, menurut Joko, memiliki harapan bahwa dengan adanya ketetapan tersebut, tujuan yang positif bagi gerakan aktivis intelektual di Indonesia dapat terwujud, terutama di dalam menyebarkan budaya membaca generasi bangsa Indonesia.

 Dalam tulisan yang ditulis oleh Kepala Perpusnas pertama, Mastini Harjo Prakoso pada Majalah Himpunan Perpustakaan Chusus Indonesia (HPCI), disebutkan bahwa Indonesia pernah menjadi negara yang produktif dalam menerbitkan berbagai judul buku. 

 Hal itu juga sangat erat kaitannya dengan latar belakang Presiden Pertama RI Soekarno. Bung Karno memang terkenal sangat menggilai membaca dan mendukung penuh untuk menjadikan penerbitan masuk dalam aktivitas membaca, pemberantasan buta huruf, sebagai prioritas pertama.

 Terbukti, pada tahun 1963, lanjut Joko, banyak terbitan buku di Indonesia. Bahkan, pihak swasta sudah mulai berani membangun berbagai usaha penerbitan buku di Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline