Lihat ke Halaman Asli

IRISWANDA DIAN PAVITA

Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Aku, Mereka, dan Reminisensi di Awal 2024.

Diperbarui: 26 Februari 2024   22:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Permulaan.
Kartasura,
Senin, 29 Februari 2024.

Akhir dari bulan pertama – Januari – di tahun 2024 itu ditandai dengan dimulainya sebuah kegiatan yang masih jauh dari bayanganku sebelumnya. Magang, kata teman-temanku yang selalu membahas hal tersebut sejak pertama kali pengumuman diberikan. Pikiran ini seolah berputar-putar, apakah diri ini akan sanggup untuk pertama kalinya akan masuk kedalam dunia kerja yang tak pernah dilalui sebelumnya? Bagaimana jika nanti diri ini banyak ragu dan salahnya? Bagaimana kalau diri ini tidak bisa berkontribusi sebagaimana harusnya? Dengan tarikan nafas panjang, diri ini akhirnya memantapkan hati untuk memulainya dan berharap bisa melakukan yang terbaik.

Pagi itu, dengan penuh degupan jantung yang keras, aku menatap gerbang biru yang akan menjadi permulaan dari kegiatan magang tersebut. Ramai, satu kata yang bisa di deskripsikan saat melihat pemandangan didepan sana. Anak-anak berlarian riang di tengah lapangan yang dikelilingi gedung sekolah. Mereka bermain, saling bertukar canda dengan riangnya, dan menikmati segala hal yang bisa dinikmati. Rasanya seperti kembali pada 9 tahun yang lalu, saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar dengan seragam merah putih. Usai ber flashback-flashback ria, akhirnya aku dan tiga temanku yang lain memutuskan untuk beranjak. Langkahku serta tiga temanku yang lain beriringan memasuki lorong per lorong di sekolah tersebut seraya menyapa para guru disana, lalu menuju ruangan kepala sekolah sekaligus supervisor yang akan membimbing selama kegiatan magang berlangsung  Aku dan tiga temanku yang lain mengutarakan beberapa hal penting pada bapak kepala dari sekolah tersebut. Tidak ada rasa ketakutan dan mencekam saat aku dan tiga temanku yang lain mengutarakan beberapa hal tersebut. Beliau adalah orang yang sangat ramah dan menyenangkan sebagai seorang kepala sekolah. Aku dan tiga temanku yang lain amat sangat bersyukur akan hal tersebut.

Lalu, aku dan tiga temanku menuju pada sebuah pintu kaca yang membawa kami untuk mengenal anak-anak penghuni sebuah ruangan khusus. Pintu terketuk pelan, lalu aku dan temanku disambut dengan sosok anak perempuan yang langsung memberikan senyuman lebar. Aku dan tiga temanku yang lain juga di sambut dengan pelukan hangat dari anak perempuan tersebut. Erat dan hangat, seolah kita sudah saling mengenal sebelumnya. Aku tertegun, kami diterima dengan sangat hangat di ruangan tersebut. Perasaanku benar-benar menghangat, sungguh. Pikiranku yang awalnya dipenuhi dengan keraguan, perlahan menghilang. Lalu, didalam ruangan tersebut terdapat satu anak perempuan yang lain dan satu anak laki-laki yang duduk pada bangku di ujung ruangan tersebut. Tanpa babibu, satu anak perempuan yang satu lagi berdiri dan memelukku dan tiga temanku yang lain. Benar-benar pelukan yang hangat. Dua anak perempuan tersebut tersenyum manis dengan tatapan berbinar ke arah kami. Seolah kami sudah terhubung sejak lama, kami langsung dekat. Dua anak tersebut tanpa ragu langsung mengajak bermain banyak hal di hari itu. Bermain lego-legoan, bermain kartu, dan lain sebagainya. Mereka adalah anak-anak yang sangat istimewa bagiku. Empati mereka membuatku tertegun, bagaimana bisa mereka memperhatikan hal-hal kecil yang bahkan tak semua orang bisa memahaminya. Dengan keistimewaan yang mereka miliki, mereka sangat menikmati segala hal yang ada di dunia dengan rasa syukur. Dengan bahagianya mereka bermain, bercanda tawa dengan riang, berbagi kebahagian yang mereka punya dengan orang lain, berempati pada orang yang membutuhkan, dan banyak hal takjub yang terjadi selama aku dan tiga temanku yang lain berada di ruangan tersebut.

***

Masih di kota yang sama,
Kartasura,
Senin, 18 Februari-Senin, 26 Februari 2024.

Tak terasa, sudah hampir sebulan aku dan tiga temanku yang lain melakukan kegiatan magang di sekolah tersebut. Banyak hal baru yang terjadi setelah hari pertama menginjakkan kaki disana. Mulai dari mengajar anak-anak yang ada disana, memberikan ice breaking, bermain-belajar bersama teman-teman di ruang inkulsi, menyusun atribut pengumpulan data yang akan digunakan untuk laoporan, dan bahkan mendampingi anak-anak dalam kegiatan PPL ke kota istimewa, Yogyakarta. Aku banyak belajar dari sana, bejalar sesuatu yang mungkin tidak bisa kudapatkan ketika aku mempelajari teori-teori di kampus.

Teori memang harus di pelajari dan memberikan banyak pengetahuan, tapi terjun ke lapangan secara langsung akan menjadi guru sekaligus penguat yang terbaik.

Disana aku dan tiga temanku yang lain mempelajari tentang bagaimana dinamika kelas anak Sekolah Dasar (SD) yang tentu saja amat berbeda dengan dinamika kelas anak kuliahan, tentang bagaimana mengenal karakteristik setiap anak sangat penting agar bisa memberikan pembelajara yang efektif, tentang bagaimana kita memahami dan harus bergerak cepat ketika segala hal berubah secara mendadak, tentang bagaimana kita menerapkan metode bermain sambil belajar, dan tentang bagaimana kita belajar untuk menjadi orang yang lebih hangat, berempati, dan bersyukur.

Seiring berjalannya waktu, kerisauan dan ketakutan yang awalnya aku rasakan perlahan terbang entah kemana. Aku menjadi lebih bisa menikmatinya. Apalagi saat aku bertemu dengan dua anak perempuan di ruang inklusi tersebut. Bermain dan melihat bagaimana mereka melalui proses belajar, membuatku benar-benar merasa lebih hangat. Penerimaan mereka, empati mereka, perhatian mereka, dan perasaan mereka, semuanya membawa kehangatan dan membuatku lebih nyaman. Mereka benar-benar anak yang hebat.

Hangatnya bagai kue yang baru keluar dari pemanggangan, hangat dan renyah. Membawa tawa, seolah tak ada hari esok untuk saling bertukar kelucuan. Bermain dengan riang, seolah tak ada hari esok untuk menikmati permainan itu lagi. Kalian, benar-benar mentari. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline