Lihat ke Halaman Asli

irfan sudrajat

Bekerja di media online

Acil Bimbo, Selamat Jalan Puisi Bersuara Bariton

Diperbarui: 2 September 2025   12:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

PUISI itu telah pergi, puisi yang bernama Acil Bimbo. Puisi, di zaman ini sedang tidak memiliki tempat di dunia, tapi adanya di hati, tidak terlihat tapi ada. Dan, sesuatu yang tidak terlihat namun terasa bukankah jauh lebih berarti?

Kalau saja Acil Bimbo pergi di Bulan November, mungkin lirik lagu "Angin November" akan sangat tepat untuk mengiringi kepergian sang seniman besar bersuara bariton ini.

Namun kematian tidak pernah bisa menunggu. Kini, ada Sajadah Panjang terbentang, doa-doa untuk Acil Bimbo sambil mengenang lagu-lagunya yang lain. Terima kasih untuk semua yang telah engkau berikan.

Tuhan, Ada Anak Bertanya pada Bapaknya, Rindu Kami Padamu ya Rasul, Wudhu, hingga Bermata tapi Tidak Melihat deretan lagu yang tidak akan pernah hilang dimakan waktu.

Aspek personal namun memberikan pesan sosial adalah kombinasi dari lagu-lagu khas Bimbo. Acil Bimbo melantunkan dan menyeruakannya dengan suara yang enak di telinga, enak di hati, dan seringkali dalam momen tertentu memberikan kesadaran tentang diri dan makna hidup.

Lagu-lagu bertema cinta yang dinyanyikan Acil bersama Bimbo berbeda dibandingkan lagu-lagu cinta pada umumnya. Ya, setiap lagu memang memiliki zamannya sendiri.

Namun, kekuatan suara bariton Acil Bimbo membuat dirinya istimewa. Di momen kepergian Acil, dengarkanlah lagu Tajam Tak Bertepi, Bulan Merah, atau lagu yang berjudul Sendiri.

Tentu saja, lirik semua lagu tersebut juga ada peran seniman seperti Taufik Ismail yang juga sastrawan terkenal serta Iwan Abdulrachman.

Dengarkanlah lagu Salju, ada lirik "Kemana engkau jalan mencari lindungan, Ketika tubuh kuyup dan pintu tertutup".

Lalu dengarkan juga lagu Antara Kabul dan Beirut atau Surat untuk Reagen dan Breznev, lagu jadul namun pada masanya adalah cermin dari situasi dunia ketika itu.

Selamat jalan kang Acil, selamat jalan Raden Darmawan Dajat Hardjakusumah…. Suara bariton mu abadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline