Lihat ke Halaman Asli

Haruskah Kita Selalu Berpikir Positif?

Diperbarui: 19 November 2020   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Apakah kata “positif” bermakna bagus dan baik jika tidak ada lawan katanya “negatif”. Kita ditanamkan oleh budaya dunia bahwa kita harus selalu berpikir postif dalam segala hal yang terjadi dalam kehidupan. Kata “positif” selalu menjadi tameng utama ketika terjadi hal yang buruk atau ketika overthinking.

Kita lupa bahwa akan selalu ada hal positif dan negatif dalam alam semesta ini. Apakah kebaikan dapat diartikan hal yang membagi kebahagian atau manfaat bagi individu maupun orang lain jika tidak ada makna kejahatan. Sama halnya dengan berpikir positif dan negatif, keduanya harus memiliki ruang yang seimbang di dalam pikiran kita. Berpikiran negatif perlu diberi ruang agar kita mampu memaknai hal positif dari hal negatif. Jika kita menulis kekurangan dan kelebihan diri dalam sebuah kertas, banyak dari kita lebih condong menulis kekurangan dibandingkan kelebihan. Apakah itu kesalahan? Tidak, itu bentuk dari keliruan kita terhadap hal positif yang ada dalam diri kita. Dari kekurangan itu akhirnya kita menyadari hal negatif dan memikirkan hal postif apa yang bisa dilakukan untuk mengurangi kekurangan dalam diri.

Hal negatif membawa kita pada kesadaran diri, keraguan tentang keyakinan kita sendiri, keraguan perasaan kita sendiri, keraguan tentang apa yang dipersiapkan masa depan yang membawa pemikiran positif untuk menjawab keraguan diri sendiri yang dapat diwujudkan dengan perbuatan.

Inspirasi dari buku "The Subtle I don't Art of Not giving a fuck"

Salam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline