Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Iqbal

TERVERIFIKASI

Penulis | Pengajar | Penikmat Film

Keangkuhan Sedang Menggangkangi Pikiranmu

Diperbarui: 29 April 2024   08:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Ajay Gill: pexels.com

Dalam binar sore yang merangkak perlahan, nampak sosok bayang-bayang dari kesombongan yang merajalela di lorong-lorong kehidupan, dia sedang dikangkangi oleh keangkuhan, kemudian terjadilah sebuah metamorfosis yang sempurna lalu menjadi buah bibir di antara mereka. Dengarlah, wahai para pengembara jiwa, cerita tentang keangkuhan yang membelenggu hati dan meruntuhkan cita-cita itu hanya sesuatu yang semu, teruslah berlari dengan tinta-tinta itu, jangan berhenti hingga titik tiba.

Di balik tirai kabut yang menyelimuti desa, terdapat seorang laki-laki yang bernama Angkuh. Nama yang dipilihnya sendiri, sama seperti bendera yang dikibarkan tinggi sekali di atas kepala, menyiratkan keunggulan yang tak terbantahkan. Mungkin saja, dalam benaknya, ia adalah matahari yang bersinar paling terang, membutakan segala pandangan yang meragukan.

Namun, dalam panggung kehidupan, keangkuhan adalah pengkhianat yang menyamar sebagai teman. Angkuh memandang rendah pada mereka yang dianggapnya lemah, meremehkan jeritan hati yang terluka, dan melangkah dengan langkah-langkah yang menghancurkan impian orang lain demi memperbesar bayangan dirinya sendiri.

Baginya, dunia adalah panggung untuk memperagakan kesempurnaan diri. Ia menari di atas reruntuhan kepercayaan lantas menggelar pesta di atas derita orang lain. Namun, di balik topeng keangkuhan yang menawan, tersembunyi kekosongan yang tak terjamah. Sebatang lilin menyala dalam gelapnya ruang hatinya, mencari cahaya yang tak pernah ditemukan dalam gemerlap kepalsuan.

Angkuh adalah pelaut yang tersesat di lautan keangkuhan. Ia terdampar di pesisir kesombongan, tanpa teman untuk berbagi kisah, tanpa cinta untuk menebarkan hangat, dan tanpa pengertian untuk menyentuh hati yang terluka. Kegagalan adalah bayangan yang mengikuti setiap langkahnya, mengingatkannya bahwa keangkuhan tidak akan pernah membawa kebahagiaan yang hakiki.

Mungkin saja dia lupa, di balik awan kelam dalam gelap malam itu, terdapat sinar kebijaksanaan yang menunggu untuk disadari. Angkuh, dengan semua kesombongannya, memiliki kesempatan untuk memilih jalan yang lebih baik. Ia dapat membuang jubah keangkuhan yang membelenggunya dan merangkul kerendahan hati. Dia akan menemukan kekuatan yang sejati, kebijaksanaan yang sesungguhnya, dan cahaya yang akan memandu langkahnya menuju perdamaian yang hakiki.

Dengarlah, wahai para pelaut kehidupan, jangan kau tiru Angkuh yang tidak pernah berani melangkah melewati bayangan keangkuhan menuju cahaya kebenaran. Karena ia tidak ingin menggenggam tangan kerendahan hati, karena ia tidak mau menemukan arti sejati dari kehidupan.

***

"Kau masih bercengkrama dengannya, Bahari?" Mak Itam menatapnya penasaran.

"Mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur aku hidup berdampingan dengannya!" gerutu Bahari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline