Lihat ke Halaman Asli

Jakarta Bukan Satu-satunya Tujuan Arus Balik

Diperbarui: 19 Juni 2018   09:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Fenomena arus balik selama ini selalu dikaitkan dengan pemberitaan banyak para orang yang akan mengadu nasib ke Jakarta. Namun faktanya jika merujuk ke publikasi sensus penduduk sejatinya di Indonesia telah bermunculan kota-kota besar dimana memiliki jumlah penduduk yang tinggi dan pendapatan per kapita yang lumayan besar. Wilayah kota-kota besar pun tidak hanya diwakilkan oleh satu kota tersendiri namun bergabung menjadi suatu wilayah yang lebih dikenal dengan sebutan aglomerasi.

Jika dicermati maka prediksi arus balik pada lebaran kali ini tidak akan jauh berbeda dengan prediksi orang yang melakukan mudik, bahkan pahitnya akan terus bertambah dikarenakan fenomenanya banyak orang yang pindah dikarenakan diajak oleh keluarganya untuk mengadu nasib di kota-kota besar. Selain dari itu fenomena mudik dan arus balik juga dibarengi dengan mulainya tahun ajaran pendidik baru, dimana maka akan bertambahnya orang-orang yang akan menuju kota-kota besar.

sumber ideas.or.id

 Mulai dari anak-anak sekolah yang duduk dibangku sekolah menengah pertama hingga perguruan tinggi. Jika ditarik sejatinya fenomena mudik berakar pada ketidakseimbangan dan kesenjangan pembangunan yang berada di pulau Jawa dan  luar Jawa, terutama antara kota dan desa dari berbagai aspek pembangunan kawasan bisnis, pendidikan hingga kesehatan. 

Ketimpangan dari segi ekonomi, pendapatan per kapita menjadi faktor utama pindahnya orang-orang yang berada didaerah pedesaan kedaerah perkotaan atau aglomerasi.

Sumber: IDEAS

Wilayah aglomerasi juga dapat dibagi menjadi 2 golongan dimana ada wilayah Aglomerasi utama dan wilayah aglomerasi baru. Aglomerasi utama terdiri dari
  • Medibangro (Medan, Binjai, Deli Serdang, Karo)
  • Pekansikawan (Pekan baru, Siak, Kampar & Pelalawan)
  • Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang & Bekasi)
  • Bandung Raya (CImahi, Bandung barat, Bandung, Sumedang)
  • KedungSepur (dari Kendal, Demak, Ungaran (ibukota Kabupaten Semarang), Kota Salatiga, Kota Semarang, dan Purwodadi (ibukota Kabupaten Grobogan) dengan Kota Semarang sebagai kota intinya.)
  • Solo raya (Boyolali, Sukoharjo, Karanganyar, Wonogiri, Sragen, Klaten)
  • Gerbangkertasusila (Gresik, Bangkalan, Mojokerto, Surabaya, Sidoarjo, Lamongan)
  • Samarinda

Wilayah aglomerasi terbesar hingga 2014, yaitu berdasarkan jumlah penduduk, adalah Jabodetabek (30,1 juta), diikuti Gerbangkertasusila (9,5 juta), Bandung Raya (8,1 juta), Kedungsepur (6,2 juta), Solo Raya (6,1 juta) dan Mebidangro (5,8 juta). Dari data jumlah penduduk menunjukan bahwa pulau Jawa masih menduduki pulau terpadat hal ini juga menunjukan bahwa fenomena mudik ataupun arus balik akan terkonsentrasi penuh di jawa.

Pulau lain seperti Sumatera hanya menyumbang beberapa kota aglomerasi besar, dipimpin oleh Medibangro kemudian daerah Riau tepatnya di daerah sekitar ibu kota provinsi Pekansikawan yang notabebenya penghasil minyak. Untuk daerah Kalimantan terdapat satu kota Aglomerasi yang menonjol yaitu Samarinda Raya, tumbuhnya pusat penyulingan minyak menjadi faktor utama tumbuhnya jumlah penduduk.

Selain itu daerah-daerah aglomerasi utama pada umumnya merupakakn daerah penyumbang pendapatan nasional. Terdiri dari Jabodetabek (23,8%), Gerbangkertasusila (6,5%), Samarinda Raya (3,1%), Bandung Raya (2,8%), Mebidangro (2,5%), Pekansikawan (2,5%) dan Kedungsepur (2,1%).  Maka dari indikasi sebagai daerah penyumbang pendapatan nasional, pusat aktivitas bisnis terpusat pada berbagai daerah tersebut. Sehingga secara tidak langsung menjadi daya tarik para pencari pekerjaan yang berasal dari daerah pedesaan untuk menuju kota-kota aglomerasi

sumber ideas.or.id

Tidak sampai disitu, dalam kurun 5 tahun terakhir berkembangnya kota-kota aglomerasi baru tidak bisa dikesampingkan. Peningkatan PDRB yang cepat dan lokasi strategis menjadi faktor utama tumbuhnya kota aglomerasi baru seperti
  • Batam raya,
  • Palapa (Padang, Lubuk Alung, Pariaman)
  • Patungraya Agung( Palembang, Banyuasin, Ogan ilir, Ogan Komering Ilir)
  • Bandar Lampung Raya,
  • Serang
  • Kartamantul ( Yogyakarta, Sleman & Bantul)
  • Malang raya
  • Sarbagita ( Denpasar, Badung, Gianyar, Tabanan)
  • Mataram raya (NTB)
  • Banjarbakula (Banjar, Barito Kuala, Tanah Laut)
  • Bimindo (Bitung, Minahasa Utara, Manado)
  • Mamminasata ( Makassar, Maros, Sungguminasa & Takalar)

Pertumbuhan penduduk di daerah Batam selama dari tahun 2005-2014 sebesar 4 % dan Bandar Lampung sebesar 4,5 % menunjukan bahwa kota metropolitan baru menyerap banyak penduduk. Hal ini disebabkan dari aktivitas bisnis yang semakin tumbuh, tercatat pertumbuhan riil PDRB tertinggi sepanjang 2009-2014 yaitu Mamminasata (8,1%), Batam Raya (6,9%), Bimindo (6,7%) dan Sarbagita (6,6%).

Sehingga dari pemaparan data diatas, dapat menunjukan bahwa berkembangnya kota Aglomerasi utama maupun baru serta menjadi penyumbang pendapatan nasional serta tumbuhnya PDRB rill. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline