Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Iqbal

Mahasiswa Komunikasi

Ada Luka Tergores Kembali

Diperbarui: 7 Mei 2021   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore itu aku sedang berbaring di ranjang, teman satu kontrakan semuanya sedang keluar. Mereka entah sedang mencari makan di warteg sebelah atau memang sedang belum pulang saja. Aku yang semenjak pagi masih berbaring diatas kasur, menatap lamat lamat atap kontrakan yang masih terlihat sama.  Aku menarik napas panjang - panjang merutuki nasib yang ku rasa sial sekali rasanya. Malas untuk membuka Handphone, atau laptop, atau apapun yang berserakan di kamar itu, bahkan hanya keluar untuk membasuh muka lalu kembali berbaring lagi mencoba sebisa mungkin untuk tidur. Satu tahun setengah semenjak keluar dari bangku kuliah aku masih lantang luntung mencari pekerjaan, bekerja hanya ketika teman memintaku untuk membantunya. Selepas itu aku kembali ke ranjang kontrakan dan merutuki nasib seperti semula. Satu tahun setengah belum berani untuk pulang, pulang hanya akan menambah masalah .

Kota sedang mendung, senang rasanya apabila hujan mau menemaniku tidur Dalam lelap menuju tidur, teman ku masuk kamar tanpa aba aba, menabok punggungku, perih rasanya, dari mataku terlihat samar samar mukanya menyeringai. Ia mengingatkanku akan acara reuni jurusan yang  diadakan sore ini. Tentu aku hanya mengiya-iyakan  saja sembari menghiburnya dengan perkataan segera mandi dan berganti baju. Selepas ia keluar aku kembali melanjutkan tidur. Sial, ia masuk lagi tanpa aba-aba, lalu kembali menabok dengan keras dan kali ini nampaknya ia duduk menunggui ku hingga bangun dan pergi menuju kamar mandi. Aku bangun memilih kaos didalam lemari, bingung kaos yang mana, bengong sedikit lama, akhirnya mencomot yang mana saja toh nanti akan tertutup oleh jaket. Kamar mandi sedang kosong, aku masuk, mulai mengguyur tubuh dengan air, dingin rasanya setelah 2 hari hanya muka yang terjamah oleh air. Dingin air kembali menyadarkan pikiranku, ahhh... aku semakin malas untuk berangkat. Aku mulai mengada-ada alasan, apa perlu pura-pura sakit ? buat janji mendadak dengan teman ? atau bilang ada acara ? yang penting jangan ke reuni itu, karena tidak, aku tidak mau.

Dari luar kamar mandi, temanku memanggil, memburu-buru, Aku keluar membawa baju kotor di tangan kanan dan gayung di tangan kiri. Di kamar, temanku masih duduk diposisi yang sama, bermain HP, menengokku sebentar, dan ia terus memburu-buru. Aku hendak bilang alasan-alasan yang sudah kususun dikamar mandi tadi, tapi enggan juga, tapi lebih enggan lagi untuk ikut. Akhirnya tak keluar juga dari mulutku, otaku seolah enggan berpikir, badan terlalu lemas, dan akhirnya hanya menurut-nurut saja. 10 menit kemudian aku sudah dibonceng temanku menuju tempat ngopi itu. Maghrib kami sampai disana, ramai orang-orang berkumpul, berercerita, berfoto, mengerjakan tugas, menyendiri, mungkin ada yang bersedih dan mungkin ada yang sedang senang. Dipojok sebuah ruangan, ada dua meja yang disambung, dan ke sana aku dengan temanku berjalan. Aku hanya membuntuti temanku dibelakang, dan ya benar saja, perempuan itu ada disana.

"Ahh sudah dong jangan dipikirkan ", "cuek saja, cuek ". "sejak kapan kamu mulai memikirkan lagi perempuan itu ?",

 belum selesai aku berusaha berhenti berpikir, kami sudah terjebak pada situasi bersalam-salaman. Semua orang berdiri menyambut kedatangan kami, pertanyaan kabar menjadi laris manis di saat seperti ini, satu persatu saling menanyakan kabar hingga mau tak mau aku juga harus menanyakan kabar pada perempuan itu.

" gimana kabar ? "

 " Sehat kok "

Sungguh tak ada yang menyenangkan sepanjang perjumpaan itu, Malam mulai larut, Jalanan di luar terlihat semakin sepi, orang-orang dengan muka berbeda kembali mengisi meja yang kosong, entah sudah berapa lagu yang diputar ditempat ini. Selama obrolan tadi aku hanya banyak diam, banyak membuka instagram, atau membaca kembali pesan whatsapp yang sudah kubaca sebelumnya agar telihat sibuk. Aku tak menangkap banyak obrolan tadi, hanya lamat-lamat saja, beberapa membahas kabar pernikahan teman, membahas teman yang lanjut kuliah, sisanya ku rasa hanya rerasan-rerasan biasa saja. 

Kini jam semakin malam, meja sudah mulai dibersihkan, beberapa teman sudah ada yang pulang, dan beberapa sedang duduk diluar untuk merokok. Aku masih duduk di kursi yang sama, yang lain terlihat sudah mulai berkumpul dengan lingkar temannya dulu semasa kuliah. Aku mencoba mencari temanku , ku tatap seluruh ruangan tak kudapatinya. Lalu kulihat perempuan itu beranjak bangun dari kursinya, ia berjalan ke arahku. Benar, ia lalu duduk didepanku, tersenyum dan menyapa basa-basi.

" Sibuk banget dari tadi keliatannya ?"

" Iya, bingung  mau ngapain "

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline