Lihat ke Halaman Asli

Inung Kurnia

TERVERIFIKASI

Gemar berbagi kebaikan melalui tulisan

Angka Perokok Anak Makin Melenggang, Haruskah Revisi PP (Kembali) Diperdebatkan?

Diperbarui: 11 Agustus 2022   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gerakan mengumpulkan puntung rokok yang diinisiasi Lentera Anak. (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Bagaimana seorang anak kecil bisa menjadi perokok? Kisah A, pelajar kelas V SD asal Jawa Barat dan M, pelajar SMP kelas IX asal Jawa Tengah bisa menjadi sebuah pembelajaran yang berharga. 

Bocah yang masih berstatus pelajar tersebut tidak hanya menghisap rokok konvensional, tetapi juga sudah mencoba rokok elektrik. 

Melalui ruang zoom meeting pada Webinar bertajuk "Masihkah Pemerintah Berkomitmen Menurunkan Prevalensi Perokok Anak Sesuai Mandat RPJMN 2020-2024" yang diadakan Lentera Anak pada Kamis (28/7/2022), Ulfa, sang kakak dari A, dan juga M berbagi kisahnya.

Ulfa, sebut saja demikian, sambil terbata berkisah tentang sang adik berinisial A yang telah menjadi perokok pada usianya yang masih sangat belia kurang dari 10 tahun. 

Tak tanggung-tanggung, rokok yang dihisap pun sudah merambah ke jenis rokok elektrik. Padahal rokok jenis ini harganya bukan kisaran angka Rp5 ribu, Rp10 ribu atau Rp50 ribu. Seperangkat rokok elektrik lengkap dengan liquid, dan asesorisnya dijual kisaran Rp500 ribu.

Ulfa tidak tahu persis sejak kapan sang adik mulai menggunakan rokok elektrik. "Kami tahunya sekitar beberapa bulan lalu, ketika tiba-tiba ada paket untuk adik dari toko online. Setelah dibuka ternyata isinya rokok elektrik," kata Ulfa.

Meski sudah jelas nama yang tertera pada kemasan boks paket adalah nama sang adik, Ulfa tetap masih berpikir positif. Mencoba bertanya pada sang adik, milik siapakah seperangkat rokok elektrik tersebut? Dan legalah Ulfa begitu tahu bahwa rokok elektrik itu milik temannya A.

Sayangnya rasa lega itu tidak bertahan lama. Karena selang tidak lama kemudian, datang lagi paket yang hampir sama, seperangkat rokok elektrik lengkap dengan liquid dan asesorisnya. "Dari situlah akhirnya adik saya mengaku sudah mulai coba-coba rokok elektrik," jelasnya.

Padahal melarang A dari rokok konvensional saja belum sepenuhnya berhasil. Sang adik masih sering tertangkap mencuri-curi kesempatan untuk merokok konvensional bersama teman sepermainannya.

Bagaimana A yang masih berstatus pelajar SD itu bisa membeli rokok elektrik dengan harga hampir setengah juta rupiah? Rupanya A mengumpulkan uang jajan harian, uang lebaran dan uang lainnya demi membeli rokok elektrik di toko online.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline