Lihat ke Halaman Asli

Istudiyanti Priatmi

Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Kartini dan Bentuk Tubuh: Telaah Marketing Vs Feminisme

Diperbarui: 21 April 2021   06:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kabarbanyuwangi.info

Perempuan di era emansipasi sekarang ternyata tetap memiliki ketakutan yang khas akan bentuk tubuhnya.  Semua takut dikatakan "semakin gemuk yaa?" atau "Kok gemukan sih?" Atau "Gimana mau dapet pacar, lelaki itu tidak suka perempuan gemuk".  

Hal ini menjangkiti para perempuan, terlepas latar belakang pendidikan, tingkat kesejahteraan dan profesinya.  Namun yang mengherankan, justru mereka yang penuh semangat nengomentari bentuk tubuh perempuan adalah sesama kaum perempuan.

Lantas yang jadi pertanyaan, mengapa bentuk tubuh menjadi indikator penilaian perempuan terhadap sesamanya?.  Apakah kesetaraan pendidikan dan aneka profesi yang kini dinikmati perempuan tidak cukup membayar jerih-payah Kartini yang telah memperjuangkannya?.

TELAAH MARKETING

Para perempuan yang selalu merasa bentuk tubuhnya  "tidak kurus" akan mempergunakan segala cara untuk mendapatkan tubuh seideal public figure di media dengan cara instan, berapa pun mahalnya.  

Ketidakpercayaan diri perempuan akan bentuk tubuhnya lantas memberi celah para produsen dan pedagang pil diet, jamu pekangsing, suntik langsing, korset slimming, operasi sedot lemak, operasi potong usus, akupuntur pelangsing, alat massage penggetar peluruh lemak tidak perlu olah raga, slimming detox juice and tea dan aneka kemasan kreativitas marketers, mereka yang melihat fenomena ini dan mayoritas marketers ini adalah kaum lelaki.

Perempuan terus dibombardir iklan dan aneka produk marketing disertai para model bahwa "Slimming is beautiful", yang tidak slimming yaa usaha kek jadi seslimming mungkin.  Perempuan menjadi target marketers atas ketidakpercayaan dirinya dan marketers memanfaatkan kondisi ini sebagai pasar yang terang-benderang.  Ini sebuah industri!

Energi perempuan seolah difokuskan untuk bagaimana dapat tampil sekurus idolanya para perempuan model produk marketing.  Perempuan dilenakan bahwa kepercayaan diri terbentuk an sich hanya dari bentuk tubuhnya.  

Semua keindahan perempuan di luar kegemukan yang dimilikinya seperti sebuah ketidakniscayaan.  Sia-siakah perjuangan Kartini untuk mengubah mindset perempuan bukan hannya di tataran dapur-sumur-kasur yang memang senjatanya adalah penampilan fisik semata?

TELAAH FEMINISME

Saya memaknai para perempuan tidak slimming sebagai kaum minoritas yang termarjinalisasi oleh kaum lelaki bahkan sesama perempuan sebagai marketers atau pembentuk image "Slimming is beautiful,  yang gak slimming jelek".  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline