Mohon tunggu...
Istudiyanti Priatmi
Istudiyanti Priatmi Mohon Tunggu... Freelancer - Fortiter in re, suaviter in modo (Claudio Acquaviva, SJ)

Pendonor darah sukarela dan terdaftar sebagai pendonor kornea mata. Founder: ABK UMKM (Yayasan Griya Bina Karya Anak Berkebutuhan Khusus), KRESZ-KRESZ INDONESIA (Green Juice, Sayur Hidroponik, Bloom and Grow POC). Lulusan Magister (S2) Hukum Bisnis UI, S1 Fakultas Ekonomi UI dan Tarakanita. E-mail: v.istudiyanti.priatmi@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kartini dan Bentuk Tubuh: Telaah Marketing Vs Feminisme

21 April 2021   06:04 Diperbarui: 21 April 2021   06:12 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kabarbanyuwangi.info

Perempuan di era emansipasi sekarang ternyata tetap memiliki ketakutan yang khas akan bentuk tubuhnya.  Semua takut dikatakan "semakin gemuk yaa?" atau "Kok gemukan sih?" Atau "Gimana mau dapet pacar, lelaki itu tidak suka perempuan gemuk".  

Hal ini menjangkiti para perempuan, terlepas latar belakang pendidikan, tingkat kesejahteraan dan profesinya.  Namun yang mengherankan, justru mereka yang penuh semangat nengomentari bentuk tubuh perempuan adalah sesama kaum perempuan.

Lantas yang jadi pertanyaan, mengapa bentuk tubuh menjadi indikator penilaian perempuan terhadap sesamanya?.  Apakah kesetaraan pendidikan dan aneka profesi yang kini dinikmati perempuan tidak cukup membayar jerih-payah Kartini yang telah memperjuangkannya?.

TELAAH MARKETING

Para perempuan yang selalu merasa bentuk tubuhnya  "tidak kurus" akan mempergunakan segala cara untuk mendapatkan tubuh seideal public figure di media dengan cara instan, berapa pun mahalnya.  

Ketidakpercayaan diri perempuan akan bentuk tubuhnya lantas memberi celah para produsen dan pedagang pil diet, jamu pekangsing, suntik langsing, korset slimming, operasi sedot lemak, operasi potong usus, akupuntur pelangsing, alat massage penggetar peluruh lemak tidak perlu olah raga, slimming detox juice and tea dan aneka kemasan kreativitas marketers, mereka yang melihat fenomena ini dan mayoritas marketers ini adalah kaum lelaki.

Perempuan terus dibombardir iklan dan aneka produk marketing disertai para model bahwa "Slimming is beautiful", yang tidak slimming yaa usaha kek jadi seslimming mungkin.  Perempuan menjadi target marketers atas ketidakpercayaan dirinya dan marketers memanfaatkan kondisi ini sebagai pasar yang terang-benderang.  Ini sebuah industri!

Energi perempuan seolah difokuskan untuk bagaimana dapat tampil sekurus idolanya para perempuan model produk marketing.  Perempuan dilenakan bahwa kepercayaan diri terbentuk an sich hanya dari bentuk tubuhnya.  

Semua keindahan perempuan di luar kegemukan yang dimilikinya seperti sebuah ketidakniscayaan.  Sia-siakah perjuangan Kartini untuk mengubah mindset perempuan bukan hannya di tataran dapur-sumur-kasur yang memang senjatanya adalah penampilan fisik semata?

TELAAH FEMINISME

Saya memaknai para perempuan tidak slimming sebagai kaum minoritas yang termarjinalisasi oleh kaum lelaki bahkan sesama perempuan sebagai marketers atau pembentuk image "Slimming is beautiful,  yang gak slimming jelek".  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun