Lihat ke Halaman Asli

Inspirasiana

TERVERIFIKASI

Kompasianer Peduli Edukasi.

Empat Langkah yang Biasa Tercecer Saat Menyusun Resolusi Tahunan

Diperbarui: 1 Desember 2022   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Resolusi | Image by Gerd Altmann from Pixabay 

Kata resolusi mungkin adalah salah-satu kata paling dicari dan disebut setiap akhir dan awal tahun. Banyak orang membicarakan, membahas lalu menuliskan di buku, ditempel di dinding kamar bahkan jadi bagian reminder di gadget.

Apakah banyak yang berhasil? Jawabannya tentu ada yang berhasil dan ada yang tidak. Tapi ada yang  biasanya menyusun resolusi lagi ... lagi .. dan lagi ... dan lagi. Hampir setiap tahun selalu begitu. Meski pun tidak semua resolusi terhempas, ada juga yang berhasil meski tidak sesuai sepenuhnya seperti diresolusikan.

Selidik punya selidik ... ternyata ada beberapa langkah yang tercecer dari upaya implementasi resolusi tersebut. Itu pun setelah penulis baca beberapa artikel tentang tips menyusun dan implementasi resolusi yang efektif.

Berikut adalah empat langkah yang merupakan sari dari beberapa artikel tersebut:

Pertama, ternyata kita perlu memposisikan diri dalam kondisi terpepet. Bagaimana maksudnya? Seharusnya kita membuat daftar ketidaknyamanan apa saja yang akan terjadi bila tidak mencapai satu resolusi. Kita umumnya justru merasa terjebak pada sebatas menyusun daftar resolusi dan langkah-langkah mencapainya. Kebanyakan orang (semoga Anda tidak tergolong ini ya) terjebak seperti ini ... hehe.

Padahal membuat daftar ketidaknyamanan itu penting. Kenapa? Karena kita akan merasa kepepet di awal (saat membuat resolusi). Pada umumnya bila seseorang manusia dalam kondisi terpepet maka otak kanannya akan bekerja. Nah, otak kanan ini adalah unsubconscious mind (pikiran alam bawah sadar) yang biasanya akan memerintahkan seluruh tubuh bergerak sesuai dengan apa yang dipikirkan. 

Penulis jadi teringat buku seorang pengusaha dan motivator Jaya Setiabudi yang berjudul The Power of Kepepet. Di dalam bukunya yang diterbitkan 2008 itu, Jay -- panggilan akrabnya -- menyatakan bahwa kalau seseorang mau termotivasi maka jalan terbaik adalah berada atau memaksa diri dalam kondisi terpepet. Ya, kepepet tidak punya uang, tidak punya solusi dan kondisi-kondisi lain yang membuat seseorang mau tidak mau ya harus mencapai suatu target yang sudah ia canangkan.

Tapi, sebentar ... daftar ketidaknyamanan  ini bukan atau berbeda dengan overthinking ya. Overthinking yang belakangan ini nge-trend di kalangan anak muda lebih pada rasa takut yang berlebihan sebelum sesuatu terjadi. Bahkan, overthinking terjadi tanpa ada sesuatu yang ditargetkan lebih dulu.

Daftar ketidaknyamanan itu juga seharusnya bukan hal yang membuat kita jadi stress. Karena sebuah motivasi atas dasar ketakutan tidak akan efektif dan bahkan punya efek psikologi yang tidak baik.

Contoh sederhananya begini. Kalau kita punya resolusi untuk mencapai bentuk tubuh lebih berotot dalam empat bulan pertama 2023, lalu kita tetapkan langkah-langkahnya seperti latihan beban setiap hari selama 30 menit setiap hari dalam satu bulan pertama, satu bulan kedua naik menjadi 45 menit setiap hari. Lalu, kita buat daftar ketidaknyamanan kalau tidak mencapai resolusi tersebut dalam 4 bulan, salah-satunya, body akan bergelambir, cepat lelah, wajah tidak segar atau terlihat lebih tua dari usia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline