Lihat ke Halaman Asli

Perbedaan di Balik Sebuah Dekapan Kerukunan

Diperbarui: 22 Maret 2020   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dalam suatu umat beragama sebuah Ikhtilafiyah/perbedaan adalah suatu yang lumrah ataupun lazim, apalagi pada daerah yang tingkat ke-pluralismean nya begitu tinggi, tak jarang dari keadaan demikian dapat menimbulkan sebuah percikan-percikan api. 

Dari masalah sepele sampai masalah yang serius. Akan tetapi, dari adanya perbedaan inilah akan tercipta suatu keberagaman umat beragama. Dari perbedaan sifat, karakteristik dan bahkan sampai gaya hidup setiap masing-masing individu.

Ditempat saya tinggal yakni  Pasuruan lebih tepatnya di perumahan keboncandi permai, masyarakat lokal sekitar mayoritas beragama islam, meski ada beberapa yang non muslim. Walau demikian, tidak pernah saya mendengar kabar perseteruan dikarenakan permasalahan suatu agama. 

Sebagai muslim kami menghormati penuh hak-hak mereka yang selain islam dalam beragama terlebih lagi dalam aspek ibadah. Begitupun mereka juga menghormati hak kami sebagai muslim. Mungkin karena nilai-nilai pancasila mengajarkan masyarakat indonesia pentingnya apa itu sebuah toleransi. Dari perbedaan tersebut tidak menjadi penghalang untuk saling menjaga kerukunan dan tetap bertoleransi satu sama lain.

Dalam agama islam terdapat beberapa metodologi dalam beribadah. Metodologi tersebut biasa dikenal dengan nama "madzhab". Setiap muslim selalu memiliki madzhab yang mereka jadikan sebagai suatu cara untuk beribadah. 

Dalam dunia islam madzhab yang populer ada 4 yakni Syafii, mailiki, hambali, dan Hanafi. Masyarakat indonesia mayoritas menganut mazdhab Syafii. 

Mengapa demikian? salah satu dari beberapa faktor yang menyebabkan masyarakat indonesia mayoritas bermadzhab syafi'i yaitu karena mayoritas penduduk indonesia adalah orang NU dan madzhab yang digunakan NU kebanyakan adalah syafi'i.

Di daerah saya tinggal kebanyakan dari golongan NU dan Muhammadiyah, bermadzhab Syafi'i dan Mailiki dan dari perbedaan golongan ini kami tidak pernah mendengar kabar buruk dari kedua golongan tersebut. 

Walaupun pernah ada permasalahan antara NU dan Muhammadiyah  dari masalah Qunut sampai tahlil tujuh hari atau tiga hari di daerah lain, Kami berusaha menjaga situasi agar tetap rukun. Dan menghormati pendapat yang ada selama itu tidak menyimpang dari kebenaran.

Kondisi Keagamaan di lingkungan kami masih tetap rukun dan semoga di esok-esok hari masih tetap terjaga dari segala permaasalahan yang dapat menyebabkan disintegrasi. keberagaman itu sungguh indah jika di dampingi dengan tolenransi dan kerukunan khususnya dalam konteks beragama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline