Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

"Dunia dalam Satu Meja" dan Ragam Pesannya

Diperbarui: 27 Oktober 2021   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia dalam satu meja (Die Welt an einem Tisch) dan Ragam Pesannya | Dokumen diambil dari: t3n.de

"Dunia dalam satu meja" akan hadir tanpa konotasi macam-macam, jika orang-orang yang duduk di sekitarnya mengerti apa artinya perbedaan dan keberagaman.

Deru angin sisa-sisa badai hari kemarin masih terasa. Daun-daun kuning jatuh bertaburan riuh di jalan-jalan, lorong, bahkan terdampar di samping jendela.

Sebagian daun-daun itu tersapu pergi karena terlindas kendaraan mewah. Persis di bawah pohon dengan taburan daun jatuh tak beraturan itu, terpental sepotong kertas.

Kertas itu adalah cabikan dari koran bekas entah koran apa dan sejak kapan. Saya melihat ada garis bawah merah pada satu kalimat, di sana tertulis, " Die Welt an einem Tisch" atau dunia dalam satu meja.

Hembusan angin menerpa daun-daun dan kertas hingga berantakan terbang dan terdampar tidak terarah. Entah mengapa sepotong kertas bergaris bawah merah itu memikat mata saya siang itu.

Tanpa ragu-ragu saya mengambil kertas  itu dan membacanya sambil terus berjalan menuju ke tempat kerja. Saya sungguh tergoda oleh kalimat itu, seakan-akan seperti sepucuk surat cinta dari orang yang tidak dikenal.

Bertubi pertanyaan datang menghimpit pikiran dan hati saya waktu itu: Apa arti dari ungkapan itu? Mengapa saya bisa menemukan kertas dengan tulisan itu di sana dan sekarang?

Apakah ungkapan itu relevan? Tiba-tiba, saya seperti terbawa ke ruang kesendirian (Einsamkeit) untuk berdialog dengan diri sendiri. Seperti ada rasa takut berdiri di luar rumah, saya pun bergegas masuk ke ruang dalam.

Deru angin terdengar dari ruang dalam. Wuuuhhhhh, wuuuhhh...terlihat pohon-pohon menari, namun dengan wajah sedih, karena terlalu banyak dahan-dahan kecil yang patah dan jatuh. Belum lagi, tidak terhitung berapa banyak daun yang gugur sejak kemarin.

Terdengar bisikan kecil di tengah riuh angin itu, "Dunia dalam satu meja." Apa sih maksudnya? tanyaku lagi.

Die Welt an einem Tisch: Ungkapan yang muncul setelah ada kenyataan di universitas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline