Lihat ke Halaman Asli

Inosensius I. Sigaze

TERVERIFIKASI

Membaca dunia dan berbagi

Ghosting Vs Paus Fransiskus di Irak

Diperbarui: 10 Maret 2021   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

via strutmonday.com

Hari-hari ini media lokal maupun internasional marak menyebut nama Paus Fransiskus dan juga ghosting. Apakah ada hubungannya antara Paus Fransiskus dan ghosting? Ya, tentu saja. 

Saya mengikuti berita tentang kunjungan Paus Fransiskus ke Irak dari media-media internasional sejak 5 Maret 2021, ketika Paus mengunjungi Irak pada hari itu. Tulis seorang Jurnalis, Christopher White, kunjungan itu seperti dikatakan Paus Fransiskus sendiri untuk mengirim pesan bahwa "persaudaraan lebih tahan lama daripada pembunuhan saudara, harapan itu lebih kuat daripada kematian, bahwa perdamaian itu lebih kuat daripada perang." 

Dari kutipan kata-kata Paus Fransiskus itu terlihat ada tiga kata benda yang positif yaitu, persaudaraan, harapan dan perdamaian. Tiga kata benda ini berhadapan langsung dengan tiga kata benda lain yang sifatnya negatif: pembunuhan, kematian, dan perang. 

Tiba-tiba pikiran saya tersambung ke ghosting. Ghosting itu masuk kategori mana ya? Suka atau tidak suka ghosting telah menjadi istilah yang lagi digemari pembaca hampir di seluruh dunia. Tidak heran juga, topik ghosting menjadi topik pilihan Kompasiana. 

Karena itu, saya tertarik juga untuk mencermati topik idaman pembaca antara Paus Fransiskus dan Ghosting. Di tengah riuhnya media bicara tentang ghosting, Paus Fransiskus kepada ribuan orang di Irak mengatakan, "Irak akan selalu saya kenang, di hati ini," Bahkan diakhiri dengan ucapan yang berulang, "salam, salam, salam (damai, damai, damai), tulis Ardi Priyatno Utomo dalam Kompas.com, Senin, 8 Maret 2021.

Sementara itu semua orang tahu bahwa pada masa pandemi ini sebenarnya bukan cuma ghosting yang menjadi trend topik, tapi juga lockdown, jaga jarak atau dalam bahasa Jerman Abstand. Istilah-istilah itu muncul hampir bersamaan dan bahkan artinya hampir juga sama, ya tentu kalau tidak dipisahkan isi dari istilah itu, maka sebenarnya berbicara tentang hubungan manusia antara satu dengan yang lainnya. Benar bahwa orang harus bedakan, bahwa ghosting lebih terkait dengan dunia asmara, sedang jaga jarak atau Abstand lebih terkait dengan tuntutan protokol kesehatan.

Dunia asmara dan dunia kesehatan sebenarnya tidak beda-beda amat, karena semuanya terkait manusia. Pembatasan jarak fisik untuk saat ini diterima hanya karena orang tahu tujuannya, yakni demi kesehatan dan keselamatan manusia semuanya. Sedangkan mengambil jarak dan lalu pergi menghilang begitu saja dalam dunia asmara, memang bisa membuat pasangan tidak sehat juga. 

Ghosting bisa bikin pusing kepala, bukan? Tentu, banyak hal lain lagi yang bisa muncul sebagai akibat dari ghosting. Sejauh yang saya pahami dari yang saya baca tentang ghosting, saya akhirnya yakin bahkan sebenarnya ghosting itu bukan hal yang baik. Mengapa? Ada beberapa alasan:

1. Ghosting yang dimengerti sebagai lari dari pasangan tanpa meninggalkan pesan, itu bukan cara yang dewasa. Semestinya, orang bisa menyelesaikan itu semua dengan terus terang dan transparan. Katakan dalam istilah Paus Fransiskus dengan jalan "salam damai." 

2. Ghosting itu bisa saja terjadi karena ketidaksanggupan seseorang dalam mengkomunikasikan isi hati dan keputusannya. Putusnya komunikasi secara spontan itu menandai juga rendahnya respek terhadap orang lain. Atau dalam ungkapan Paus Fransiskus, hilangnya respek "persaudaraan."

3. Ghosting itu bisa menciptakan "perang dingin" antara pasangan, bahkan antara keluarga dari keduanya. Nah, pada arti seperti itu, sebetulnya Paus Fransiskus bawa pesan bukan ghosting tetapi belajar mendekati orang lain yang dilandai perang untuk bawa damai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline