Lihat ke Halaman Asli

Inna Riana

Ibu rumah tangga yang suka menulis blog dan memasak.

Janji Si Gadis Kecil

Diperbarui: 18 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kursi tempatku berbaring tiba-tiba bergoyang. Ada yang tahu tempat pesembunyianku rupanya. Aku memicingkan sebelah mata, melihat siapa yang datang. Sesosok tubuh menyeruak masuk ke kolong meja, lalu naik ke atas kursi. Meringkuk di sebelahku. Oh, gadis kecil itu lagi. Dia memang selalu mengganggu tidur siangku.

Dalam tempat sempit bernama kolong meja makan, kami bertatapan. Tubuh kami sama-sama berbaring membentuk lingkaran. Aku memejamkan mata. Mencoba tidur lagi. Nampaknya, dia sedang menatapku. Ah, biar saja. Biasanya dia ikut tidur bersamaku. Jika tidak tidur, dia akan berbicara sendiri, atau menangis sesenggukan.

Sebenarnya, aku menyukai gadis kecil ini. Dia baik. Dia juga menyayangi aku dan anak-anakku yang jumlahnya sudah tidak bisa kuhitung lagi. Anak-anakku juga suka kepadanya. Dia tidak pelit membagi makanan dan selalu mengajak mereka bermain. Kadang suka kelewatan juga, sih. Anak-anakku entah dibawa pergi ke mana. Aku jadi gelisah mencari mereka untuk menyusu. Melihatku cemas, dia segera mengembalikan mereka semua kepadaku.

Si gadis kecil berbicara perlahan sambil membelai kepalaku, "Kamu pasti jadi ibu yang baik."

Oh, tentu saja! Anakku kan, sudah banyak. Bahkan yang paling besar sudah menjadi penguasa di gang sebelah. Anakku itu ditakuti banyak pejantan muda serta digandrungi para betina. Ya ya yaa..  aahhh... aku suka jika kau mengelus bawah daguku.. hmmm...

"Aku sayang kamu," katanya sambil membelai perutku.

Hei, hati-hati! Aku tidak mau kau menekan perutku terlalu keras! Kamu mau apa? Mau meraba di mana letak jabang bayiku? Jangan! Sakit tahu! Aku memberontak.

"Sakit, ya? Maaf, sayang. Aku cuma pengen pegang anak-anakmu," tangannya tetap membelai, tapi tidak menekan seperti sebelumnya.

Sambil terus menggerakkan tangannya disela-sela buluku, isakan mulai terdengar dari mulutnya. "Aku sedih. Mami marah lagi. Aku nggak tahu kenapa aku selalu salah. Aku bukan anak yang baik. Aku anak yang nakal," gumamnya sambil berlinang air mata.

Duh, dia nangis lagi! Malas aku mendengarnya! Paling-paling, dia dimarahi lagi oleh perempuan bertubuh gemuk yang dipanggilnya 'mami' itu. Memang, Mami suka kelihatan menakutkan jika sedang marah. Aku saja bisa lari terbirit-birit jika mendengar bentakannya.

"Mami mukul aku lagi, " air mata semakin deras mengalir di pipinya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline