Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Tes Penilaian Kompetensi Pegawai, Perlukah?

Diperbarui: 4 Oktober 2025   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengerjakan tes kompetensi (Sumber: gambar dibuat dengan bantuan AI)

Kemarin saya dan teman-teman kantor menjalani tes penilaian kompetensi. Penilaian kompetensi ini bertujuan untuk pemetaan kompetensi. Setelah dipetakan akan dilihat sebenarnya sudah pas belum posisi jabatan yang diduduki sekarang. 

Pemetaan ini sekaligus menjaring pegawai-pegawai potensial. Kalau hasilnya bagus mungkin bisa promosi. Kalau hasilnya jelek akan diberikan diklat peningkatan kompetensi.

Tes dilakukan secara daring. Terdiri dari sekitar 7 tes dengan jumlah soal bervariasi. Waktunya hampir makan jam kerja sehari.

Nah, dulu kami di kantor lama pernah tes yang serupa. Berbekal pengalaman tes yang lalu, sibuklah kami belajar peraturan-peraturan, juknis, dan hal ihwal tentang jabatan masing-masing. Misalnya saya ya belajar tentang pekerjaan penyuluh kehutanan. Sudah pede sekali soalnya bakal menyangkut pekerjaan sehari-hari.

Tiba masa tes...aiih...soalnya seperti TPA dan psikotes. Blas nggak ada tentang peraturan-peraturan kehutanan yang kami prediksikan wkwkkw.

Malah jadi ngerasa balik ke zaman tes CPNS dulu. Ada pula soal-soal matematika macam nerusin deret hitung, deret ukur, soal cerita, pecahan, dan lain-lain. Soalnya banyak, waktunya dikit, sementara otak saya sudah berkarat wkwkwkk...pening betul usai tes.

Dulu zaman muda, suka saya soal-soal macam itu dan cepat juga mengerjakannya. Buktinya lolos jadi PNS kan...dan waktu tes masuk pasca sarjana juga lolos TPA tanpa ngulang.

Tapi kemarin baru lihat soal saja mulas perut wkwkkw.

Oh iya tesnya nggak sama, ya. Untuk  ASN yang golongan IIIb ke atas saja yang ada soal hitung-hitungannya tadi. Intinya makin tinggi golongan, soalnya makin susah. Sudah sewajarnya ya.

Yang penting saya sudah berusaha sebaik-baiknya. Jika pun hasilnya jelek, terserah mau diapain nanti. Masak iya mau dikursusin matematika atau diikutin bimbel, wkwkkw.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline