Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Pembelajaran Tatap Muka Harus Dilaksanakan, Sebelum Terlambat

Diperbarui: 14 Januari 2022   22:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dengan jujur dan sadar sesadar-sadarnya saya mengakui bahwa saya lebih memilih jadi tim pembelajaran tatap muka daripada tim pembelajaran daring. Mengapa demikian, karena secara kodrati, etika dan kesopanan, dan juga agar pembelajaran diterima oleh siswa secara efektif dan efisien, pembelajaran tatap muka menang telak dibandingkan pembelajaran daring.

Saat pembelajaran tatap muka, seluruh siswa hadir dengan konsentrasi penuh dalam posisi duduk tegak anti bungkuk. Takzim (atau pura-pura takzim) mendengarkan guru di depan menerangkan. Transfer ilmu berjalan secara langsung dan respons juga dapat ditanggapi secara langsung oleh guru.

Bahkan guru dapat langsung bertanya jika ia melihat ada wajah-wajah bengong plonga-plongo tanda siswa tidak DONG akan apa yang diajarkan gurunya.

"Mengapa wajahmu demikian, siswaku sayang? Apakah penjelasanku yang panjang lebar tak dapat diterima oleh otak di dalam tempurung kepalamu?"

Guru dapat mengulang menjelaskan, memberi contoh-contoh kasus yang memudahkan siswa untuk paham, bahkan guru dapat langsung mengubah sistem mengajarnya jika sistemnya selama ini ia anggap kurang berhasil diterima siswanya.

Kalau pembelajaran daring? Jangan harap. Sejauh mana guru dapat memantau seluruh siswanya dalam ruang zoom? Sesabar apa guru selalu mengingatkan siswa agar selalu menyalakan kamera zoom? Apakah guru dapat memastikan siswa duduk tegak penuh konsentrasi atau malah baring-baring mager sambil merem melek mendengarkan celoteh gurunya seolah itu ninabobo pengantar tidur.

Tidak...tidak! Jangan lagi pembelajaran daring! Not again!

Demikian juga saat tugas diberikan. Lalu diperiksa. Saat pembelajaran tatap muka, guru meminta siswa mengerjakan di papan tulis. Guru dapat melihat apakah siswanya itu benar-benar mengerjakan sendiri peernya. 

Beda dengan peer yang dikirimkan melalui ruang maya google class room misalnya, apakah guru yakin peer itu seratus persen hasil karya si siswa? Ataukah orangtua siswa yang berjibaku menyelesaikan peer anaknya gara-gara si anak bengong nggak paham bagaimana mengerjakan peer yang diterima setelah dua jam penuh belajar daring.

Selain keefektifan dari sisi substansi pelajaran, pembelajaran tatap muka juga memberikan keuntungan lain. Ia memberikan ruang-ruang interaksi yang mengajarkan anak bagaimana berkomunikasi dengan orang lain.

"Aku lupa tidak membawa bolpoin. Apakah kamu membawa dua bolpoin? Bolehkah aku pinjam satu?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline