Lihat ke Halaman Asli

Indah Novita Dewi

TERVERIFIKASI

Hobi menulis dan membaca.

Ramadan: Kita Semua Menyimpan Kerinduan yang Tak Sama

Diperbarui: 16 April 2021   05:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu sumber kerinduan kala Ramadan (Sumber: Dokpri)

Ramadan tiba, Ramadan tiba, Ramadan tiba ...

Sejak beberapa hari sebelum Ramadan tiba, anak lelaki saya sudah mulai sounding-sounding tentang kebiasaannya saat Ramadan tahun-tahun sebelumnya.

"Apakah masih ada orang yang jualan takjil, Mama?" tanyanya polos. Disusul dengan menyebutkan satu-satu jenis kue maupun minuman incarannya. Risoles, martabak mini, puding jeruk, thai tea.

Si anak lelaki ini pernah mengalami fase 'picky eater' dalam hidupnya, alias pilih-pilih makanan. Sekarang pun masih lumayan picky, tapi sudah jauh lebih baik dari sebelumnya.

Jadi ceritanya pada suatu sore menjelang buka puasa pada Ramadan beberapa tahun lalu, saat ia diajak papanya beli takjil, saya takjub karena dia menyukai beberapa kudapan yang sebelumnya cuma diembus-embus saja lalu dicuekin. Oleh sebab itu, saya bebaskan ia membeli apa yang ia mau, karena toh yang ia pilih juga masih terbatas pada beberapa kudapan yang sudah saya sebut tadi. Risoles, martabak mini, puding jeruk, thai tea.

Ada juga beberapa jenis kudapan yang sempat ia sukai, lalu tak lagi disukai misalnya odading, donat, cake. Sedangkan kue atau kudapan buatan emaknya ini, Alhamdulillah masih ada beberapa yang dia suka dan kadang-kadang dia request.

Ngomongin kue, saya jadi teringat kebiasaan saya tiap Ramadan, yaitu membuat kue kering untuk stok lebaran. Ehm, niatnya sih untuk stok lebaran, tapi karena bikinnya nggak banyak, ya mana bisa bertahan sampai lebaran, hahaha.

Yah, walaupun misal hanya 1 resep dan hanya 1 jenis kue, rasanya tidak afdol jika Ramadan tidak bikin kue kering. Pokoknya kudu bikin walau sedikit. Buat saya, membuat kue kering saat Ramadan adalah tidak hanya secara kasat mata membuat kue -- namun artinya lebih dari itu. Secara batin, saya kembali ke masa-masa bulan Ramadan yang saya rindukan saat sering membantu Mama saya membuat kue kering.

Mama saya sekarang masih sehat, tapi beliau jauh di seberang samudera sana. Kalaupun misal saya tinggal berdekatan, sekarang beliau sudah tidak lagi membuat kue kering saat Ramadan. Membuat kue apalagi dalam jumlah besar sangat melelahkan untuk orang sepuh seperti Mama saya. Jangankan Mama saya, saya saja yang muda (muda, euy) -- mudah capek alias malas membuat kue berlama-lama.

Dulu, Mama saya biasanya sudah menyiapkan bahan-bahan pembuat kue kering termasuk keju tua klasik yang bentuknya bola tertutup lapisan merah -- untuk bikin kastengels (saya kalau bikin kastengels sekarang pakai keju cheddar biasa kemasan kotak, beli di IndoApril). Semua bahan sudah diperhitungkan oleh Mama saya sesuai jenis kue yang hendak dibuat, lalu mulai dieksekusi di bulan Ramadan. Kastengels, nastar, lidah kucing, jaanhagel, chocochips cookies, shcyumpjes, dan masih banyak lagi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline