Lihat ke Halaman Asli

Seorang Perempuan yang Menjadi Babi Demi (Mantan) Kekasihnya

Diperbarui: 23 Januari 2019   16:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah ide yang paling gila!!

Aku mengutuk berulang kali apa yang dibicarakan Resti. Sejak kemarin sore aku sudah menolak mentah mentah rencananya. Namun kami sudah berjalan terlalu jauh, sudah terlalu banyak halang rintang di kepala yang kami takhlukkan. Resti bilang ini adalah jalan terakhir. Satu satunya harapan yang bisa ia sembah setelah cara cara sebelumnya gagal total.

Resti berkaca, dari setengah jam yang lalu. Mengelus elus pipinya yang putih, dagunya yang mulus. Berulang kali ia mengedipkan matanya, mengendus rambutnya sendiri hingga terbatuk batuk. Dia membaui udara, melepas satu persatu pakaiannya kemudian dengan tubuh telanjangnya ia menarik tanganku.

Kami menuju kamar. Aku bahkan tidak tahu sejak kapan segala perabotan dan sesajen telah tertata rapi. Resti berlutut di hadapan dupa, menyalakannya. Hidungnya kembang kempis. Dia menghela napas panjang. Kurasa dia telah melupakan segala sumpah serapahku dan mulai melanjutkan acara 'merayunya'. Dia merengek, memintaku untuk duduk di depan lilin yang telah benderang.

Aku menggigit bibir, menyaksikan Resti menungging di samping sebuah kelapa muda yang telah dibuka bagian atasnya. Rambutnya ia gerai. Dia membelakangiku. Dalam samar cahaya lilin aku melihat Resti menggelinjang, kepalanya bergerak gerak. Kakinya yang jenjang mengeliat. Dia berteriak lemah hingga sebuah suara erangan mengudara.

Aku menahan napas, memastikan jika nyala lilin tidak berubah. Resti, kini telah berubah menjadi seekor babi. Matanya memerah, moncongnya mencuat. Tubuh sempurna Resti berubah menjadi berbulu, hitam dan kasar. Babi itu, babi Resti. Resti jadi jadian. Melihatku sejenak, seolah meminta izin sebelum keluar dari ruangan. Kemudian makhluk itu melesat, berlari menuju pintu. Menyisakan aku yang menggigil ketakutan.

"Satrio harus jadi milikku, apapun yang terjadi" kata Resti berapi api, dua minggu yang lalu setelah hubungan mereka berakhir.

Sebagai sahabat dekatnya tentu aku berusaha untuk mencegah Resti melakukan hal hal buruk termasuk mengganggu rencana pernikahan Satrio. Dua minggu Resti memutar otak, mencari celah bagaimana ia bisa mengembalikan Satrio ke dalam pelukannya. Semua cara gagal, dari mulai rencana meracuni calon istrinya hingga menyewa sniper. Tuhan begitu sayang dengan Satrio, dia menikah dengan kekasih barunya. Tetapi Resti tidak mundur. Entah dia sudah teramat gila atau memang telah diperbudak oleh obsesi terhadap Satrio.

"Aku mau jadi babi. Ini adalah satu satunya cara terampuh. Aku akan menjadi babi, menyelinap ke rumah Satrio, aku curi hatinya dan kularutkan dengan ramuan di dalam tembikar. Nanti jika hati itu sudah kudapat, Satrio pasti akan menceraikan istrinya dan kembali kepadaku"

Malam ini, aku dipaksa Resti menginap di rumahnya. Sebuah jebakan yang tak kuduga duga menjadikanku gemetaran di depan sebuah lilin. Di luar sedang hujan, angin berdengung. Kurapalkan banyak doa yang entah dapat mencelakakan Resti atau tidak.

Detik melaju, orang orang mungkin sudah terlelap. Aku mendadak cemas. Sudah satu jam dan Resti belum kembali. Lilin masih menyala, tinggal setengahnya. Angin masih menderu. Musim hujan senantiasa ganas. Aku diringkus cemas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline