Lihat ke Halaman Asli

Imam Subkhan

Author, public speaker, content creator

Peringatan Hardiknas 2020: Menyongsong Era Baru Pascapandemi

Diperbarui: 2 Mei 2020   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tema Hardiknas Tahun 2020 | olahan pribadi

Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini sangatlah berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Wabah Virus Corona atau Covid-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia telah mengubah kehidupan manusia di semua aspek, termasuk pendidikan. 

Tak heran, jika pada momentum Hari Pendidikan Nasional yang jatuh pada tanggal 2 Mei 2020 kali ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengangkat tema "Belajar dari Covid-19". Sebuah topik yang menurut saya sangat relevan untuk menjadi bahan renungan dan refleksi bagi semua stakeholder pendidikan.

Dalam suatu kesempatan, kawan saya diskusi yang juga pengelola lembaga pendidikan terkemuka di Solo mengatakan, bahwa pandemi ini adalah "berkah" buat kita semua. Menurutnya, banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari musibah ini, terlepas dari dampak negatif yang ditimbulkan. Seperti halnya dalam dunia pendidikan, para guru dan orang tua mau tidak mau dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran selama siswa berada di rumah.

Sejak 16 Maret 2020 para siswa sudah mulai belajar dari rumah. Berarti kalau dihitung sampai sekarang, paling tidak sudah tujuh pekan siswa merasakan suasana pembelajaran di rumah. Pertanyaannya, sudahkah siswa benar-benar merasakan belajar dari rumah? Sudahkah terjadi peningkatan kompetensi siswa (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) selama belajar di rumah? Sudahkah siswa merasakan sapaan, interaksi, dan komunikasi yang intens dari gurunya? Sudahkah siswa merasa terbimbing dan termotivasi untuk belajar dari guru-gurunya? Padahal kebijakan belajar dari rumah kemungkinan besar akan terus diperpanjang, bahkan bisa menghabiskan semester awal tahun pelajaran baru nanti.

Euforia Pandemi

Tentu saja yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi adalah murid yang bersangkutan. Di awal-awal pemberlakuan kebijakan belajar di rumah, memang terjadi euforia di kalangan siswa dan guru. Bagi siswa sendiri, ada yang menganggap ini sebagai liburan panjang, yang otomatis terbebas dari segala macam tugas sekolah. Apalagi ujian-ujian sekolah juga ditiadakan. 

Namun tak sedikit dari siswa yang merasa sedih dan kecewa karena tak bisa lagi berinteraksi dengan guru dan teman-temannya secara langsung. Sedangkan bagi guru, saya kira tak beda jauh dengan apa yang dirasakan para siswa, ada yang gembira, sedih, namun ada juga yang menganggap sebagai tantangan untuk melakukan proses pembelajaran jarak jauh atau daring.

Jika melihat fakta di lapangan, Anda yang sebagai orang tua pastilah mengetahui secara pasti bagaimana aktivitas sehari-hari anak di rumah, terutama ketika jam belajar. Apakah konsep belajar di rumah sudah benar-benar dijalankan oleh sekolah dalam hal ini gurunya? Memang di awal-awal, guru terlihat intens menyapa muridnya melalui grup whatsapp kelas. 

Tentu bagi jenjang prasekolah dan sekolah dasar yang menjadi anggota grup adalah orang tuanya. Tak sekadar menyapa, guru pun memberikan tugas-tugas individual untuk dikerjakan di rumah dengan bimbingan orang tuanya. Tak sedikit dari guru yang juga aktif membuat video tutorial pembelajaran yang kemudian dibagikan kepada orang tua dan anak, termasuk diunggah di media sosial. Tetapi seiring berjalannya waktu, semangat dan konsistensi guru dalam pelibatan anak belajar dipertanyakan.

Menurut pengamatan saya, memang terjadi banyak kendala ketika menerapkan pembelajaran jarak jaruh, yang itu bisa datang dari guru maupun siswa atau orang tua di rumah. Jika berasal dari guru, kendala tersebut terkait keahlian atau keterampilan dalam penguasaan teknologi informasi. Seperti skill mengoperasikan aplikasi atau software pembelajaran online, kemampuan membuat dan menyajikan bahan ajar berbasis multimedia, seperti video atau animasi pembelajaran, serta keterbatasan fasilitas yang dimiliki guru, semisal spesifikasi smartphone, ketersediaan laptop, kamera, perangkat audio-visual, dan kebutuhan alat lainnya. 

Tak hanya kendala yang sifatnya teknis, guru pun merasa kesulitan untuk membuat jadwal pembelajaran harian maupun mingguan untuk muridnya. Sehingga terkadang guru hanya secara acak dan tak tentu waktunya dalam menyelenggarakan pembelajaran jarak jauh. Sudah bisa dipastikan, target dan tujuan pembelajaran dari setiap topik yang dipelajari sulit untuk bisa tercapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline