Lihat ke Halaman Asli

Anak Muda: Antara Ego dan Harapan

Diperbarui: 17 November 2020   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.kaskus.co.id

Apa itu Ego?

Sigmund Freud menjelaskan bahwa Ego adalah salah satu hal yang termasuk struktur kepribadian, dimana ia membagi kepribadian menjadi tiga struktur yaitu Id, Ego, dan Super Ego. Id, adalah dorongan atau nafsu alamiah manusia yang pada dasarnya harus dipenuhi demi memperoleh kepuasan. Sementara Ego adalah kemampuan akal yang membuat manusia dapat mencari jalan keluar terhadap masalah yang dihadapinya. Di sisi lain, Super Ego dijabarkan sebagai norma dan aturan yang mengatur moral dari kepribadian manusia.

Sebagai anak muda, ego yang ada di dalam diri tentunya masih sangat tinggi. Rasa superior, merasa diri paling benar dan hebat adalah ciri ego yang ada pada anak muda. 

Tidak jarang karena ego yang masih tinggi, hal itu menyebabkan konflik kecil yang terjadi dengan orang-orang di sekitar, tidak terkecuali dengan orang tua sendiri. Konflik yang terjadi dengan orang tua biasanya berupa perdebatan, yang didasari oleh perbedaan pandangan dalam menyikapi suatu hal. 

Perdebatan seringkali tidak bisa terhindarkan, karena sang anak merasa ia punya hak untuk mempertahankan argumennya. Di sisi lain orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik dan membimbing anaknya.

Konflik yang terjadi antara anak dan orang tua kebanyakan terjadi saat anak mulai memasuki usia remaja, dan biasanya berkaitan dengan masalah pendidikan. Orang tua menyekolahkan anaknya, dan mengharapkan segala yang terbaik untuk anaknya. 

Orang tua bahkan rela melakukan apapun demi agar anaknya mendapatkan hasil yang terbaik. Namun, terkadang orang tua bertindak sedikit terlampau jauh. 

Karena merasa sudah memberikan dukungan yang maksimal pada anaknya, maka orang tua pun ingin agar hasil yang didapat anaknya pun maksimal sehingga tidak jarang pada akhirnya hal itu lebih mengarah pada hadirnya tuntutan terhadap anak.

Anak dituntut agar bisa menjadi apa yang orang tua harapkan, lalu anak dimasukkan ke jurusan, sekolah atau kampus tertentu dengan tujuan agar anaknya bisa mewujudkan harapan orang tua. 

Hal ini mungkin saja berdampak baik, karena itu berarti orang tua sudah punya planning terkait dengan masa depan anaknya. Namun, hal ini juga dapat menimbulkan dampak negatif, anak tertekan dan pada akhirnya potensi yang ia miliki harus rela terpendam karena mengikuti keinginan orang tuanya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline