Lihat ke Halaman Asli

Ilya Ainur

Penyusun Aksara | SCHOOL COUNSELOR

Cerpen | Obrolan Semut Hitam

Diperbarui: 17 Januari 2019   17:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dipagi hari yang udaranya sangat dingin karena sekarang aku sedang berada di sebuah tempat di dataran tinggi. Yang mana tingkat kedinginannya pasti akan bertambah. Semua orang yang nampak berpakaian olahraga yang beragam lengkap dengan sepatu olahraga. Dengan wajah yang masih terkantuk mereka semua berjalan menuju sebuah tempat ibadah yang disebut mesjid oleh orang muslim. Semua orang harus sudah ada di sana sedari pukul 04.00 WIB. 

Mereka yang berdatangan satu demi satu, dua demi dua hingga menjadi banyak. Mengambil posisi duduk yang ternyaman ada yang mendirikan sholat tengah malam ada yang langsung duduk mengambil posisi untuk menghangatkan badan. 

Untuk menunggu azan subuh datang yang masih satu setengah jam. Kali ini aku melihat pemandangan yang berbeda, hari ini menjadi banyak sekali orang di sini. Kenapa mereka berada di sini, kenapa mereka sangat semangat bangun pagi dan duduk berbaris di dalam mesjid ini. Aku ingin menanyakan hal ini tapi entah kepada siapa. Tak ada orang yang bisa aku ajak untuk bicara. 

Tidak ada satupun yang akan mengerti bahasaku. Sampai akhirnya ada yang sejenis denganku nampak datang dari atas dan tampak masih terkantuk sambil melihat barisan orang berbaju olahraga di dalam ruangan ini. Tanpa ragu aku langsung menyapanya. Pada sebuah gordyn hijau sebagai penghalang antara barisan pria dan wanita kami memulai percakapan subuh ini.

"Hai dari mana kamu?"

"Itu biasa, abis dari tempat tidur ternyaman. Ada apa brp? Ko sendirian aja?"

"Ini sama baru bangun tidur, terus pas bangun ko kaget banyak orang ya hari ini."

"Kirain cuma aku saja yang merasakan aneh kenapa banyak orang berbaris di dalam ruangan ini."

"Nah iya, makanya itu aku menghampirimu dan aku menyapamu. Tidak ada seekor semut lain yang bisa aku ajak bicara. Tidak ada hewan lain yang ingin berbicara denganku mana bisa aku bertanya kepada mereka yang berbaris. Tidak akan ada satupun orang di sana mengerti bahasa kita iya gak?"

"Iya lah kita sama mereka berbeda. Mereka pendatang kita sudah lama di sini. Aku dan kamu penghuni asli sini. Terkadang merasa gak enak mereka datang membuat berisik membangunkan tidurku yang nyenyak. Biasanya saja walau ada orang tak pernah seramai ini ya?"

"Iya eh, jadi intinya mereka itu siapa sih?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline