Capek dan bosan jadi anggota BP7?
Itu loh... Berangkat Pagi-Pagi, Pulang Petang, Penghasilan Pas-pasan.
Tenang, saya pun alumni angkatan pertama. Lulus tanpa wisuda, langsung nyemplung ke dunia usaha rumahan. Dan, percaya atau tidak, keputusan itu jadi salah satu titik balik paling berfaedah dalam hidup saya.
Ceritanya dimulai saat pandemi datang mengubah segalanya. Termasuk, kebiasaan tetangga yang biasanya belanja ke warung "agak jauh" jadi mulai ngedumel, "Aduh, capek, mana panas lagi. Kalau ada yang deket mah enak..."
Telinga saya langsung standby mode. Eh, ini peluang, bukan sekadar keluhan!
Akhirnya, saya dan istri nekat sulap garasi jadi warung sembako. Modalnya? Nekat dan setengah rak telur. Tapi niat kami utuh: menyediakan kebutuhan dasar warga sekitar, dari sabun sampai kopi sachet yang jadi penyelamat begadang.
Warung Kecil, Persaingan Besar
Usaha warung memang terlihat sepele, tapi saingannya? Ya ampun... lebih banyak dari kontestan audisi Indonesian Idol. Di tiap tikungan pasti ada warung lain.
Tapi, di sinilah letak keunikan bisnis ini---lokasi adalah raja. Kalau warungnya cuma lima langkah dari dapur ibu-ibu, mereka nggak akan jalan sampai tujuh langkah ke tempat lain. Apalagi kalau lagi mager, duh, yang penting dekat!
Kuncinya bukan jualan banyak, tapi jualan yang dicari terus. Barang harian seperti sabun, beras, pasta gigi, teh celup, dan tentu saja---mie instan, sang dewa darurat di akhir bulan.
Tambahan dari Jempol dan Paket Data
Saat dompet mulai napas ngos-ngosan, saya menambahkan jasa jual pulsa listrik dan paket data. Maklum, di zaman sekarang, orang lebih rela kehilangan sandal daripada sinyal.