Lihat ke Halaman Asli

iin nuraeni

seorang ibu yang menyukai anak-anak, suka menulis, dan ingin terus belajar.

Buih Jadi Permadani

Diperbarui: 19 Februari 2022   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Freepik

BUIH JADI PERMADANI

Dinginnya malam ini menusuk bilah-bilah rusukku, membekukan rasa dalam jiwaku, membuatku berkhayal kau akan ada mendekapku dalam kehangatanmu, membawaku ke alam indah di nirwana, akankah ini terjadi, ataukah hanya mimpi-mimpiku.

Temaramnya malam, kulihat rembulanpun enggan menyapaku, menyelinap di balik awan kehitaman, menambah gundah jiwa ini, kutatap jendela kamar di lantai atas, kulihat bayangmu berdiri di balik tirai, aah ingin rasanya aku meyentuh jari lentikmu, tatapan matamu yang selalu aku lihat di balik kaca mobil...ah aku hanya berkhayal saja, aku bagai pungguk merindukan bulan.

Aku tersenyum pahit melihat rembulan yang semakin tenggelam di telan malam, ku lihat kamarmu sudah mulai temaram di terangi lampu sudut kamarmu.

Malam semakin larut, aku hanya termenung menahan gelora cinta yang terus bergelayut dalam jiwaku.

Tuhan salahkah aku kalau aku mencintainya, Engkau yang meletakan rasa ini, akankah Kau sengsarakan aku dengan semua ini, sampai akhirnya aku terlelap dalam tidur malamku.

                                                                   *****

Pagi ini, mentari selalu menyapaku dengan sinarnya yang cerah, senyuman itu yang membuat aku selalu semangat dalam menyambut hari, yaa ... aku akan melihatmu dalam spion mobil, walau diam-diam itu sudah cukup bagiku menikmati cantik parasmu.... aku mulai melamun lagi sambil mengelap mobil kesayangan Non Tiara.

"Mas, sudah siap ... ?" suara lembut itu menyapaku dengan ramah

"ya, non ... siap..." jawabku dengan semangat sekali

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline