Lihat ke Halaman Asli

Iin Andini

Pribadi

Tukang Bajaj

Diperbarui: 28 Februari 2021   21:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bajaj Biru (Sumber: Solopos.com)

Lelaki tua dan bajaj birunya itu setiap hari menongkrong di samping gerobak nasi uduk. Terlihat perempuan tua melayani pelanggan yang lain. Setiap hari kedua pasangan itu selalu menongkrong di depan Kompleks Mawar untuk berjualan nasi uduk dan menunggu penumpang.

Pak Ilham terlihat begitu kelelahan karena belum sempat istirahat dari pukul 04.00 subuh sampai pukul 09.00. Pukul 04.00, dia dan Rani harus membantu istrinya menyiapkan jualan. Pukul 05.00, dia harus mengatar Mpok Atik ke pasar berbelanja. Setelah itu, Pak Ilham harus lanjut mengantar Mbak Dwi ke halte busway. Sepulang dari sana, dia pun harus mengantar Susi dan Susan ke sekolahnya. Selanjutnya, Pak Rahmat, Bu Dudi, dan warga Kompleks Mawar yang lain. Terakhir, dia harus mengantar Bu Salma ke tokonya yang tidak jauh dari Kompleks Mawar.

Walaupun kendaraan online sekarang sudah banyak, warga Kompleks Mawar tetap mengandalkan Pak Ilham. Di samping itu, mereka kasihan jika Pak Ilham harus kehilangan pelanggan. Pak Ilham sering bercerita kepada mereka bahwa dia akan membiayai cucunya sampai kuliah.

"Pak, mau ke mana?" tanya istrinya yang melihat suaminya mengambil handuk kecil menuju bajajnya.

"Mau keliling dulu cari penumpang di sekitar SD Mawar. Biasanya 'kan jam segini sudah pada pulang."

"Pak, istirahat dulu. Bapak 'kan belum istirahat. Jangan memaksakan diri. Ingat, kata dokter seminggu yang lalu. Bapak harus istirahat dulu," kata istrinya.

Pak Ilham hanya tersenyum. Melihat tingkah suaminya yang sedikit mengeyel, Bu Ilham yang sedang mencuci piring beranjak mendekati suaminya yang sudah berada di bajaj. Pak Ilham yang melihat istrinya datang langsung tersenyum dan berkata, "Tenang saja. Bapak baik-baik saja. Kalau Bapak mencari penumpang hari ini, bagaimana mau menyekolahkan Rani."

"Tapi, Pak..."

"Tenang saja! Bapak tidak kenapa-napa," potong Pak Ilham dengan sedikit tegas. Jika sudah seperti ini, Bu Ilham akan diam. Dia sudah paham jika suaminya adalah tipe lelaki yang keras kepala.

"Bapak pamit, ya. Mau cari penumpang dulu." Bu Ilham pun mencium tangan suaminya dengan tulus.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline