Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Refleksi Orangtua yang Mendidik Anaknya di Pesantren

Diperbarui: 16 Januari 2023   17:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

REFLEKSI ORANG TUA YANG MENDIDIK ANAKNYA DI PESANTREN

Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan sudah sangat lama dipercaya oleh orang tua untuk mendidik anak. Orang tua yang melepaskan anaknya untuk dididik di pesantren apakah mereka tega? Apakah mereka rela membiarkan anaknya mengalami keterbatasan makan, minum, jajan, fasilitas, dan lain sebagainya? Tentu saja tidak. 

Dalam hatinya, para orang tua sebenarnya tidak tega. Mereka inginnya dekat dan bertemu setiap hari dengan anaknya. Bukan hanya anak yang menangis saat ditinggal orang tuanya, tetapi cukup banyak orang tua yang menitikkan air mata saat mereka meninggalkan anaknya di pesantren. Apalagi jika anak yang ditinggalkannya karakternya masih manja, cengeng, belum bisa mandiri, dan semua kebutuhannya harus dilayani oleh orang tua.

Walau dalam hati tidak tega, tetapi mengapa orang tua mengirim anaknya belajar ke pondok pesantren? Tujuannya adalah agar anak mereka bukan hanya mendapatkan ilmu umum dan ilmu agama saja, tetapi ingin menanamkan kemandirian, semangat pantang menyerah, tanggung jawab, dan akhlakulkarimah. Inilah karakter yang akan menjadi modal penting untuk menghadapi masa depan. 

Dengan kata lain, orang tua ingin memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anaknya sebagai warisan dari orang tua kepada anak. Warisan harta bisa habis, tapi warisan ilmu akan berguna seumur hidup.

Tujuan memasukkan anak ke pesantren bukan tujuan agar anak dibatasi dan merasa terpenjara, tetapi justru untuk melindungi dari lingkungan yang tidak baik sekaligus berharap anak-anaknya menjadi orang baik. Walau demikian, para guru dan ustaz di pesantren memang harus kerja keras untuk memastikan bahwa lingkungan pesantren menjadi lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif untuk belajar santri yang dititipkan oleh orang tua. Kepercayaan orang tua terhadap pesantren harus benar-benar dijaga oleh pengelola pesantren.

Pengelola pesantren bekerja keras untuk mencegah dan memastikan bahwa di lembaga mereka tidak terjadi tindak perundungan (bullying), kekerasan, perbuatan menyimpang, bahkan kekerasan seksual sebagaimana kasusnya pernah terjadi di beberapa lembaga pendidikan, termasuk pesantren. 

Untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi memang bukan hal yang mudah. Mengapa? Karena setiap anak yang masuk ke pesantren juga membawa karakter dan pengalaman dari tempat tinggal mereka masing-masing yang tidak tertutup kemungkinan justru "mewarnai" pergaulan di lingkungan pesantren. 

Oleh karena itu, perlu sinergi dan kolaborasi antara orang tua dan pengelola pesantren untuk bersama membimbing anak. Sarana, prasarana, dan penataan lingkungan pesantren juga tentunya perlu diperhatikan untuk menunjang kegiatan belajar para santri.

Kepada para santri yang saat ini belajar di pesantren, belajar memang sulit, tapi lebih sulit lagi kalau tidak belajar. Belajar memang menderita, tapi akan lebih menderita lagi kalau tidak belajar. 

Belajar pasti menghadapi tantangan, tetapi tantangan di masa depan akan jauh lebih sulit diatasi kalau tidak belajar. Ilmu dan kecakapan hidup akan menjadi penyelamat di tengah zaman yang penuh tantangan dan ketidakpastian. Butuh kesabaran, ketekunan, ketelatenan, kerja keras, sifat pantang menyerah saat belajar di pesantren. Dalam proses menuntut ilmu, tidak jarang muncul rasa kangen dan godaan ingin pulang ke rumah, ingin main sama teman-teman di kampung, jadi generasi rebahan, hanya sibuk main HP di rumah. Ini adalah tantangan yang harus kalian lewati demi mencapai cita-cita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline