Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Pengalaman Berharga Menjadi Editor Naskah Best Practice PTMT

Diperbarui: 3 Januari 2022   15:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Merupakan sebuah kehormatan dan kebanggaan bagi saya ditunjuk atau ditugaskan menjadi editor buku Bunga Rampai Praktik Terbaik (best practice/BP) Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT) pada Direktorat Dikdas Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbudristek. Best Practice tersebut adalah karya pengawas, kepala sekolah, dan guru pemenang anugerah inspiratif tahun 2021.

Ibarat sebuah peribahasa, "sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui". Sebagai editor, saya selain bertugas membaca dan memperbaiki naskah best practice mereka (jika ada), ada hal yang sangat berharga bagi saya, yaitu dengan membaca naskah-naskah tersebut, pengetahuan saya bertambah. Sambil membacanya, saya berdecak kagum terhadap upaya, terobosan, dan kreativitas mereka selama PTMT pascapandemi Covid-19.

Intinya, selalu ada jalan bagi orang kreatif dan inovatif. Tantangan yang dihadapi pada masa pandemi justru menjadi peluang untuk menghasilkan karya dan inovasi baru. Ada berkah atau hikmah dibalik musibah. Hal tersebut dapat dilakukan hanya oleh orang-orang yang berpikir. 

Seandainya tidak terjadi pandemi, belum tentu kreativitas dan inovasi itu muncul. Hal yang mereka lakukan menjadi inspirasi bagi orang lain. Mereka telah menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain.

Jika pada awal pandemi ada orang yang berpendapat guru tidak bekerja dan makan gaji buta, saya termasuk yang kurang sependapat. Mengapa? karena faktanya banyak guru yang memutar otak dan bekerja keras mencari solusi dari tantangan yang dihadapi selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) khususnya pembelajaran yang dilakukan secara daring. 

Banyak guru yang pada awalnya tidak menguasai Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mau keluar dari zona nyaman. Mereka mau belajar TIK, mau belajar membuat bahan ajar digital, dan mau membuat video pembelajaran sebagai penunjang pembelajaran secara daring.

Pembelajaran yang dilakukan secara campuran daring-luring (hybrid learning) menjadi tantangan bagi guru. Guru harus menyusun skenario pembelajaran campuran. Lalu lahirlah upaya, kreativitas, dan inovasi mereka agar tetap bisa melayani para peserta didiknya dengan optimal, khususnya dalam mengatasi dampak penurunan mutu pembelajaran (learning loss) selama Belajar Dari Rumah (BDR).

Saya sangat menikmati saat membaca pengalaman guru yang berasal dari jenjang SD dan jenjang SMP dari beberapa mapel. Ragam cara dan upaya yang dilakukan oleh mereka. Menarik dan unik, bahkan ada yang out of the box. 

Dalam kondisi terbatasnya sarana prasarana penunjang pembelajaran daring, ada guru yang bisa menginisiasi atau membuat stasiun TV lokal di sekolahnya, ada yang bekerja sama dengan stasiun TV lokal dalam menyampaikan materi pelajaran agar peserta didik tidak terbebani kuota, ada yang membuat alat peraga/ media pembelajaran, dan membuat aplikasi yang sederhana, mudah digunakan di HP android, dan tidak memerlukan banyak kuota internet. 

Pokoknya, jempol deh terhadap upaya-upaya yang mereka lakukan. Mereka layak diberikan apresiasi dan layak menjadi insirasi bagi para pendidik diantero negeri.

Menjadi editor tidak mudah. Perlu kecakapan khusus. Ada pendidikan dan sertifikasi untuk menjadi editor. Bekerja sekaligus belajar. Dengan adanya kesempatan menjadi editor naskah best practice PTMT, saya bisa mengasah kemampuan saya sebagai editor. Membaca naskah perlu ketekunan, kehati-hatian dan kecermatan. Godaan seperti rasa malas, ngantuk, dan bosan pasti ada. Belum lagi godaan "medsos" yang menggangu konsentrasi saya saat mengedit naskah.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline