Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penikmat bacaan dan tulisan

Social Power sebagai Social Capital Dalam Penanganan Pandemi Covid-19

Diperbarui: 10 Juli 2021   01:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oleh: IDRIS APANDI

Pandemi Covid-19 di Indonesia masih mengkhawatirkan. Dalam beberapa minggu ini kasus yang positif Covid-19 meningkat tajam. Data per tanggal 9 Juli 2021 menunjukkan yang terkonfirmasi positif sebanyak 2.455.912 orang, sembuh sebanyak 2.023.548 (82,4%), dan meninggal 64.631 (2,6%). (sumber: covid19.go.id).

Menurut saya, pandemi Covid-19 adalah bencana nonalam yang telah mengarah kepada tragedi kemanusiaan. Puluhan ribu korban meninggal dan ratusan tenaga kesehatan (nakes) gugur saat melaksanakan tugas menangani pasien karena mereka pun terpapar Covid-19. 

Rumah sakit penuh, pasien kesulitan mencari tempat perawatan, bahkan ada pasien yang meninggal di dalam mobil setelah ditolak di beberapa rumah sakit yang didatanginya dengan alasan penuh. Di tempat pemakaman, jenazah antre untuk dimakamkan. Pasien yang isolasi mandiri (isoman) ada yang meninggal di rumahnya atau tempat isoman.

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya agar kasus Covid-19 tidak semakin meningkat. Hal ini tentu bukan pekerjaan yang mudah. Walau masih ada hal yang perlu ditingkatkan, kita tidak dapat menutup mata terhadap kerja keras yang telah dilakukan pemerintah dalam menangani pandemi ini.

Peran swasta dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk membantu pemerintah. Pandemi yang telah berjalan selama 2 tahun ini memanggil rasa kemanusiaan kita. Saya melihat bahwa kekuatan sosial (social power) menjadi hal yang yang berharga untuk membantu pemerintah. Pada berita di TV dan kabar yang beredar di media sosial, social power ini mulai tumbuh dan menggeliat, dan semoga semakin kuat.

Warga bantu warga. Masyarakat menunjukkan kepeduliannya untuk membantu tetangganya yang terpapar Covid-19. Mereka memberikan kebutuhan pokok, buah-buahan, dan vitamin kepada pasien isoman. 

Ada kelompok relawan yang menggalang bantuan dan menyalurkannya kepada pihak yang membutuhkan. Ada pengusaha rumah makan, warteg, pedagang bubur, dan lain-lain yang menawarkan bantuan makan, minuman, dan berbagai kebutuhan lainnya untuk membantu saudara sebangsa yang tengah berjuang melawan Covid-19.

Stigma negatif terhadap pasien Covid-19 sudah mulai berkurang. Orang yang terpapar Covid-19 tidak dijauhi, tetapi dibantu, dimotivasi, dikuatkan mentalnya, diberikan bimbingan psikososial, disediakan layanan konsultasi kesehatan, dan sebagainya. 

Hal tersebut tentunya menjadi pertanda bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, suka bergotong royong, dan rela berkorban. Hal yang perlu digarisbawai adalah bahwa tidak setiap orang yang membantu adalah orang yang mampu. 

Ada juga orang yang tengah mengalami keterbatasan, tetapi karena rasa kemanusiaannya terpanggil, maka dia pun ikut membantu tetangga atau saudaranya yang sedang membutuhkan bantuan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline