Lihat ke Halaman Asli

Ibnu Fauzi

Anak Rantau

Ingin Bangkit dari Keterpurukan tapi Mereka Belum Sadar

Diperbarui: 20 Mei 2020   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Hari Kebangkitan Nasional yang jatuh setiap 20 Mei merupakan peringatan cikal bakal dari pendirian organisasi Boedi Oetomo pada 1908. Lahirnya Boedi Oetomo menandai terjadinya perubahan bentuk perjuangan dalam mengusir penjajah. 

Perjuangan mengusir penjajah yang semula hanya mengandalkan kekuatan fisik dan bergantung pada seorang pemimpin, diganti dengan perjuangan baru yang memanfaatkan kekuatan pemikiran. Perubahan bentuk perjuangan ini menjadikan usaha untuk mengusir penjajah terus berkesinambungan, karena tidak bergantung pada satu orang pemimpin.

Boedi Oetomo mempelopori perjuangan dengan memanfaatkan kekuatan pemikiran, karena organisasi-organisasi pergerakan yang muncul pada masa berikutnya memiliki keterkaitan dengan Boedi Oetomo. Perhimpunan Indonesia, Sarekat Islam, Indische Partij dan Muhammadiyah merupakan organisasi-organisasi yang lahir setelah menjalin interaksi dan komunikasi secara rutin dengan Boedi Oetomo. 

Meskipun memiliki ideologi yang berbeda, organisasi pada masa pergerakan memiliki tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat. Beragamnya organisasi pada masa pergerakan mempercepat tercapainya kemerdekaan, karena pada dasarnya organisasi-organisasi tersebut saling melengkapi.

Kini, "Bangkit tidak harus melawan penjajah, tapi kebangkitan sesungguhnya berarti memerdekan diri sendiri dari perilaku memecah belah bangsa Indonesia." Ucapan Hari Kebangkitan Nasional tersebut yang muncul di media sosial menarik perhatian saya. Kenapa? Setelah bangsa ini merdeka, maka benar seharusnya seluruh rakyat juga berjuang untuk memerdekaaan dirinya masing-masing. 

Rakyat harus berjuang memerdekakan dirinya sendiri dari berbagai jenis penjajahan, misalnya kemiskinan, kebodohan, rasa rendah dan tidak percaya diri, keterbelakangan, pengangguran, dan atau bentuk penjajahan lainnya.

Kaitannya dengan perilaku memecah belah negara kita, jangan sampai adanya wabah penyakit covid-19 ini membuat kita tidak disiplin dan patuh terhadap protokol kesehatan yang diberikan oleh pemerintah.

Seperti diketahui bersama, baru-baru ini sedang ramai tagar Indonesia Terserah dari para tenaga medis sebagai bentuk kekecewaan kepada pemerintah yang tidak tegas serta masyarakat yang dianggap abai terhadap penyebaran virus corona. Melihat mereka yang masih belum sadar atas bahaya virus ini "seperti kuda lepas dari pingitan".

Kita juga harus merdeka dari corona. Mari berjuang melawan pandemi dan bangkit dari keterpurukan ini. Lebaran sebentar lagi, semoga Indonesia lekas pulih.

Referensi: kebudayaan.kemdikbud.go.id




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline