Lihat ke Halaman Asli

Ian Kassa

Merdeka dalam berpikir.

Coki, Agnostik, dan Moralitas

Diperbarui: 5 September 2021   07:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Twitter.com/Badutmu

Rabu lalu (1/9), akibat penyalahgunaan narkoba jenis sabu, Coki Pardede diciduk polisi. Netizen heboh seketika. Sampai saat ini nama Coki ramai terpampang di beranda-beranda sosial media. 

Wajar saja, Coki memang cukup dikenal. Ia merintis karir melalui kanal komedi. Panggung Stand Up Komedi Season 4 yang diikutinya berhasil mendongkrak nama dan karirnya.

Ketenaran Coki tidak berhenti sampai di situ. Komedian ini juga dikenal akibat berkali-kali mengundang kontroversi. Di tahun 2018, bersama Tretan Muslim, dalam acara yang bertajuk The Last Hope Kitchen. 

Coki berkelakar, "bagaimana jika sari-sari kurma masuk ke pori-pori (daging babi), apakah cacing pitanya jadi mualaf?" Ujar Coki tertawa-tawa. Kelakar Coki ini menuai respon negatif dari sebagian ummat Islam Indonesia. Coki dituding menistakan agama.

Materi komedi Coki lebih kepada dark comedy. Materi ini memang erat dengan jokes bernada satire. Tak jarang humor-humornya menyerempet ke agama. Ada yang tertawa terhibur mendengarnya, namun tak sedikit pula yang mendidih otaknya sebab menilai bahwa, agama tidak semestinya menjadi objek komedi.

Sisi lain dari Coki yang cukup banyak menyita perhatian publik adalah, posisinya sebagai Agnostik. Secara terbuka, Coki menyatakan bahwa ia adalah seorang agnostik. 

Sebuah posisi filosofis yang menunda percaya mengenai eksistensi Tuhan. Posisi agnostik hanya berbeda tipis dengan Ateis. Jika ateis dengan tegas menyatakan tuhan tidak ada. Alasannya, tak ada bukti yang valid dan objektif akan keberadaan tuhan.

Sedangkan agnostik lebih kepada sikap 'tidak mengetahui' akan keberadaan tuhan. Sikap inilah yang membuat orang-orang agnostik menunda percaya sampai dikemudian waktu ada bukti objektif bahwa, tuhan itu memang ada. Inilah posisi Coki Pardede. Coki secara tegas menyatakan diri seorang agnostik.

Ketika Coki disambangi polisi di kediamannya, dan kemudian diamankan karena terbukti mengkonsumsi narkoba jenis sabu, tak sedikit netizen yang menilai bahwa, Coki terkena azab dari tuhan akibat meragukan eksistensi-Nya. 

Ada pula yang menyebut penangkapan Coki wajar. Orang yang meragukan keberadaan tuhan dinilai sudah pasti tidak bermoral. Ia bebas melakukan apa saja, termasuk mengkonsumsi sabu-sabu. Toh, baginya tuhan itu belum tentu ada. Begitu kiranya penilaian sebagian netizen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline