Menjadi pendengar yang baik adalah prasyarat untuk menjadi penulis yang baik.
Kompasianer, inginkah kamu melihat anakmu berkembang menjadi penulis cilik yang penuh bakat? Atau, pernahkah kamu terpikir untuk menulis cerita yang disukai anak-anak dan mampu membangkitkan imajinasi mereka?
Menulis untuk anak-anak memang berbeda dengan menulis untuk orang dewasa. Tapi, jangan ragu, kamu pun bisa melakukannya!
Banyak orang mengira cerita anak hanya sebatas fabel, dongeng, atau kisah tentang Barbie. Tapi, tahukah kamu bahwa pengalaman pribadimu pun bisa menjadi cerita anak yang menarik?
Ingatkah saat kamu masih kecil? Pernahkah kamu menuliskan pengalamanmu di buku diary? Atau menceritakannya kepada orang tua dan teman-teman? Cerita-cerita sederhana itu, seperti saat kamu digigit tawon saat kecil, bisa menjadi inspirasi cerita anak.
Tulisan dua paragraf tentang pengalamanmu di taman kanak-kanak bisa menjadi cerita anak yang menarik dan berkesan.
Pada minggu 28 April 2024, Pasar Jembar yang dikurasi oleh Jogja Art Planet mengadakan lokakarya menulis cerita anak yang inspiratif. Lokakarya ini menghadirkan Najma Alya Jasmine, seorang penulis cerita anak berbakat yang telah menulis sejak usia 4 tahun.
Najma berbagi kisahnya tentang bagaimana ia memulai menulis cerita anak. Ia menceritakan pengalamannya saat kecil ketika ia melihat seekor tawon untuk pertama kalinya.
Sebab tidak tahu apa itu tawon, ia mendekati dan menyentuhnya. Tak disangka, tawon itu menyengatnya dan membuatnya meringis kesakitan.
Pengalaman ini kemudian ia tuangkan dalam sebuah cerita sederhana:
Suatu hari aku di rumah saja. Kemudian aku melihat seekor semut besar. Kucoba pegang karena aku tidak takut dengan cicak dan kodok, jadi biasa mendekat.
Tapi ternyata aku digigit dan sakit. Ternyata dikasih tahu ternyata itu adalah tawon.
Meskipun hanya dua paragraf singkat, cerita ini sudah cukup untuk disebut sebagai cerita anak. Cerita ini relatable dengan pengalaman anak-anak dan menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.