Lihat ke Halaman Asli

Ketika Dunia Maya Menjadi Lebih Nyata di Depan Mata

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1395677900515546588

[caption id="attachment_316898" align="aligncenter" width="544" caption="Dunia dalam genggaman (source: manado.tribunnews.com)"][/caption]

Berapa sering Anda berinteraksi dengan tetangga sebelah rumah?
Coba ingat-ingat kapan terakhir kali Anda ngobrol dengan tetangga belakang rumah?

Teknologi saat ini benar-benar memanjakan manusia dengan berbagai kemudahan dan fleksibilitas dalam beraktivitas. Gadget yang lengket di tangan seperti lem Korea yang susah banget untuk lepas dari genggaman. Handphone saat ini bukan hanya sebagai alat untuk komunikasi tapi sudah lompat fungsi menjadi smartphone yang cukup pintar melebihi otak penggunanya. Cukup pencet keypad atau usap layar, semua informasi sudah tersedia di depan mata. Komunikasi verbal maupun visual dengan lancar terpenuhi dalam genggaman. Jarak beribu mill menjadi sedekat 5 inchi dari pandangan mata. Sungguh sebuah teknologi yang bisa menembus batas ruang dan waktu.

Pernah melihat sekumpulan orang atau pasangan atau keluarga yang tengah asyik dengan gadget masing-masing? Sang ayah yang tengah asyik berselancar di dunia maya dengan smartphone bertemu dengan sang robot ijo. Sang Ibu asyik ngerumpi di group arisan dan jualan online dengan anggota seluruh penjuru nusantara dan sang anak yang serius mengendalikan karakter di layar tablet melawan teman di belahan dunia lain yang terhubung dengan game online. Pemandangan yang mungkin bukan hal yang aneh lagi dan akan dengan mudah dan sering kita jumpai sekarang dan ke depannya nanti.

Sudah menonton film Surrogates yang dibintangi aktor laga Bruce Willis? Tontonan futuristik yang bukan tidak mungkin menjadi nyata dengan berjalannya waktu. Menjadi orang yang aneh ketika menjadi sosok "nyata" di antara komunitas maya yang tampak "lebih nyata". Sebuah kenyataan yang menyakitkan ketika menyadari bahwa kenyataannya dunia maya yang serba menyenangkan dan penuh keindahan ternyata membuat jauh dari kernyataan eksistensi yang dekat secara fisik dengan pasangan.

Dunia maya telah nyata di depan mata. Tinggal pilih topeng atau muka asli untuk mewakili eksistensi Anda di sana, toh tidak ada bedanya, semua nyata-nyata maya. Persis seperti eksistensi Anda di Kompasiana. Mana yang nyata mana yang maya sungguh tiada beda. Komunikasi dan interaksi yang terjalin dengan sosok-sosok maya yang multitafsir. Komunikasi dengan diri sendiri melalui sejuta akun hasil kloningan seperti akun saya ini sudah bukan hal aneh dan tabu di dunia maya yang nyata ini. Bersembunyi di balik topeng maya dengan multi gender menjadi hal yang lumrah. Mengungkapkan opini tanpa merasa khawatir untuk dihakimi mungkin sudah menjadi sarapan basi. Menulis opini politik dengan janji-janji sejuta mimpi sama kastanya dengan tulisan cabul penuh sensasi, keluar dari sosok-sosok imajiner penuh fantasi.

Sebuah teori evolusi mengungkapkan bahwa pada jaman dahulu kala ular itu sebenarnya mempunyai kaki untuk berjalan. Tapi karena jarang digunakan akhirnya mengecil, menyusut dan akhirnya musnah dari badan sang ular. Interaksi nyata antar manusia yang semakin hari semakin berkurang bisa jadi akan melenyapkan rasa kepedulian sosial yang nyata antar sesama manusia. Empati terhadap penderitaan nyata di sekeliling kita akan tertutupi oleh bayang-bayang maya yang diciptakan oleh dunia maya kita. Gadget canggih mengantarkan kita untuk check in ke seluruh penjuru dunia yang gemerlap dan begitu glamornya, sementara di bawah kolong jembatan ujung gang rumah kita, sosok nyata berteduh menikmati dinginnya angin malam yang nyata-nyata tidak kompromi menusuk tulang dan membuat perut bergetar karena kedinginan sekaligus kelaparan.

Dunia maya di depan mata adalah kenyataan yang kita hadapi saat ini. Reaksi nyata kita adalah pilihan untuk menyikapi tipisnya perbedaan antara maya dan nyata. Tutuplah mata Anda untuk membayangkan kenyataan yang ada di sekeliling kita tapi jangan tutup mata ketika melihat kenyataan yang ada di depan mata. That's real life..

..real human




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline