Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Cerpen: Gunting Bandara

Diperbarui: 29 November 2021   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gunting, sumber: sheikyermami.com via tribbunnews

Aku tidak bisa bayangkan ia bisa berpikir bahwa benda tajam miliknya itu sanggup menusuk kencang dan mengarah tepat pada lambung dalam perut orang yang membuatnya begitu kesal. 

Aku tidak bisa bayangkan ia memilih menjadikan benda tajam yang selalu dibawanya ke mana-mana itu kotor, memerah, dan berbau amis. 

Apa tidak ada sedikit pun ketakutannya masuk penjara? Aku berusaha mencegah, tapi ia terus berkilah. Katanya, semua itu demi diriku. Demi keluargaku. Terlebih lagi demi dirinya. Demi segala hal yang terus membayanginya.

Bandara ini penuh sesak. Dari kejauhan tempatku duduk menunggu di ruang tunggu, aku melihat orang-orang sudah mengantre, mengular, membentuk barisan panjang, padahal waktu keberangkatan pesawat masih lama. 

Sekitar pintu masuk menuju lorong ke dalam pesawat berisik. Tiga orang petugas berbaju batik berwarna biru sibuk menatap komputer. Satu di antaranya mengelap dahi dengan sapu tangan. Beberapa orang di dekat mereka kutangkap bicara dengan nada mengeluh. Aku pun sebetulnya sangat layak mengeluh. Tapi kurasa, ketika kugunakan hakku mengeluh dan keluhan bertemu keluhan, masalah tidak bisa selesai. Istriku sudah lebih dahulu mengeluh sejak kami berangkat dari rumah.

Istriku, yang kupilih menemani hidupku karena cantik parasnya dan tinggi badannya, sekarang sudah melebar di mana-mana dan sangat mudah sensitif. Sekali dinasihati, gampang sekali tidak terima. Ada saja argumennya untuk menolak dan merasa diri paling benar. Dari logika masuk akal sampai cerita khayalan terus melompat dalam kata-kata dari bibirnya.

Aku baru tahu, ternyata ia begitu mudah percaya cerita-cerita takhayul setelah kami tinggal serumah. Salah satunya, selama perutnya yang membengkak itu, ia tidak membolehkanku bekerja di depannya. Ia tidak mau melihat aku menggunting rambut orang-orang terutama rambutku sendiri. Ia tidak suka itu! Katanya, darah dagingku akan terlahir cacat.

Aku pun tidak mengira ia akan mengambil gunting-guntingku dan menyimpannya entah di mana. Satu yang kuketahui masih ada hanyalah yang sekarang tampak menyembul dari celana panjang hitamnya. Gunting ukuran sedang dengan pegangan berwarna cokelat. Gunting dengan kekuatan yang mampu mengalahkan segala ketakutan. Gunting yang katanya bisa mengusir roh-roh jahat.

"Kamu tidak bisa bawa gunting itu!" kataku pada istriku di sampingku selepas memilih baju untuk persiapan menginap beberapa hari. Aku lihat mukanya kesal sekali. Ia terus membuat keriput kulit-kulit wajahnya. Tiba-tiba tampak tua.

"Bagaimana bisa, Mas? Mas tidak tahu apa? Siapa yang jamin dalam pesawat itu tidak ada jin? Siapa yang tahu semua roh di sana baik-baik saja? Siapa yang bisa bantu saya usir mereka?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline