Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Bahasan Seputar Judul Cerpen

Diperbarui: 10 September 2021   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menulis judul cerpen, sumber: Pixabay via beritagar.id

Sependektahuan saya, sekiranya tidak ada aturan baku yang mengharuskan ini dan itu kepada cerpenis dalam menentukan judul cerpen. Yang ada, hanya bagi-bagi tip dari pengalaman menulis cerpen oleh para cerpenis terdahulu.

Namanya juga tulisan fiksi, ada kebebasan luas diberikan bagi cerpenis. Itu hak prerogatif. Saya tergerak untuk sedikit membahas beberapa judul cerpen yang pernah dianggit baik oleh pengarang besar maupun saya.

Jujur, saya sering kali "tertipu" oleh ulah sebagian pengarang besar dalam pengagihan judul cerpen mereka. Saya ambil contoh tiga buah: "Menjelang Lebaran" karya Umar Kayam, "Paduan Suara" karya Jujur Prananto, dan "Namanya Massa" karya Ratna Indraswari Ibrahim.

Catatan: saya tidak akan menceritakan satu demi satu isi cerpen, karena akan panjang sekali tulisan ini.

Cerpen "Menjelang Lebaran" karya Umar Kayam, ditulis 25 Januari 1998 dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas 1999, sumber: dokumentasi pribadi

Cerpen "Paduan Suara" karya Jujur Prananto, ditulis 1 Februari 1994 dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas 1995, sumber: dokumentasi pribadi

Cerpen "Namanya Massa" karya Ratna Indraswari Ibrahim, ditulis 16 Januari 1994 dan terpilih sebagai cerpen pilihan Kompas 1995, sumber: dokumentasi pribadi

Saya ajak Anda untuk menilai. Apakah menarik ketiga judul itu? Seberapa inginkah Anda melanjutkan untuk membaca isi cerpennya? Seberapa besar pula keinginan Anda untuk sekadar tahu dan cepat-cepat menutup buku?

Bolehkah saya simpulkan, judul-judul itu biasa saja? Tidak punya daya pikat. Jika saya tidak tahu siapa pengarangnya, saya langsung lewat saja. Gairah saya membaca tidak terpancing.

Namun, setelah saya baca, isinya berkebalikan dengan judul. Seratus delapan puluh derajat. Saya bisa menghabiskan cerita itu dan membacanya berulang. 

Saya kira, para pengarangnya tidak terlalu memusingkan diri menciptakan judul yang menarik. Mereka sudah terkenal, sudah pula banyak penggemar. Setiap goresan pena telah teruji apik. Mau biasa saja pun judulnya, pasti ada yang baca.

Sebagian pengarang besar tetap memilih menyajikan judul yang lebih menarik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline