Lihat ke Halaman Asli

Y. Edward Horas S.

TERVERIFIKASI

Pendiri Cerpen Sastra Grup (cerpensastragrup.com)

Saat Tepat untuk Melawan dan Berdamai dengan Diri

Diperbarui: 11 Juli 2020   17:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berdamai dengan Diri Sendiri (Sumber: www.shutterstock.com)

Bukan tentang orang lain tulisan ini berbicara, melainkan tentang diri sendiri. Bukan pula tentang sosok yang ditekankan untuk dibahas, melainkan tentang sikap yang melekat pada sosok. Iya, penulis memang gemar untuk menilai sikap pribadi penulis, mengoreksinya agar menjadi lebih baik hari demi hari.

Manusia adalah pribadi yang sempurna, yang diciptakan oleh Yang Maha Kuasa, dikaruniai dengan cipta, rasa, dan karsa. Manusia adalah makhluk hidup yang terbaik diantara makhluk lainnya, seperti hewan dan tumbuhan.

Saking terbaiknya, kita tidak akan pernah selesai mendalami sikap yang dimiliki manusia. Diambil contoh dalam kasus ini, diri sendiri. 

Dalam kehidupan yang dijalani dari hari ke sehari, diakui terkadang pribadi ini pernah mengalami ketidakstabilan sikap, ketika menghadapi suatu peristiwa atau masalah. 

Terkadang hari ini bisa bersikap A, besok bersikap B. Nah, tulisan inilah salah satu alat untuk memantau progress kestabilannya. Hehe, semoga lekas stabil.

Apa yang dimaksud penulis dengan tidak stabil? Penulis ambil contoh, tentang sikap malas. Terkadang bisa malas, bisa pula rajin. 

Secara umum, penulis telah membahasnya dalam tulisan Sifat Malas Sebisa Mungkin Dibumihanguskan, dan secara khusus, telah diungkap pula efek kemalasan beraktivitas karena candu terhadap gawai, sebagaimana tulisan yang terbit sebelum tulisan ini, dengan judul Keranjingan di Dunia Maya, Kesakitan di Dunia Nyata. Inti dari kedua tulisan tersebut adalah sikap malas harus dilawan.

Jadi, kapan saat tepatnya untuk kita melawan diri sendiri? Saat di mana pikiran dan sikap negatif itu mulai berdatangan, itulah saatnya. Dalam hal ini, si malas contohnya.

Seperti kita tahu dan sepakati, malas adalah sikap negatif yang harus dilawan. Telah diulas di atas, lawannya adalah rajin. Sikap malas adalah sikap yang bermula dari kata entar, nanti, besok, padahal sebetulnya bisa dikerjakan sekarang.

Kalau dalam dunia pekerjaan, ini adalah sebuah bentuk penundaan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kalau lebih agamawi lagi, iya kalau masih ada besok, kalau tidak?

Bila kita terlena akan rasa malas ini dan tidak melawannya, ada beberapa akibat yang akan dirasakan, setidaknya ada 3, berikut ulasannya:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline