Lihat ke Halaman Asli

HIMIESPA FEB UGM

Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada

Pelemahan atau Krisis Rupiah? Refleksi 20 Tahun Pascakrisis Finansial Asia

Diperbarui: 15 September 2018   12:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Muhammad Faisal Abda'oe, Ilmu Ekonomi 2016, Wakil Kepala Departemen Kajian dan Penelitian Himiespa FEB UGM 2018

Oleh: Muhammad Faisal Abda'oe, Ilmu Ekonomi 2016, Wakil Kepala Departemen Kajian dan Penelitian Himiespa FEB UGM 2018

Bersama dengan dituliskannya artikel ini, isu perihal pelemahan rupiah yang memiliki multitafsir terkait penyebab dan asal-muasalnya terus bermunculan baik di sosial media maupun berita-berita nasional. Penulis sempat bersikap acuh dan tidak memiliki keterkaitan serius dikarenakan dipertemukan dengan berbagai kendala khususnya waktu dan kesibukan. Hingga pada akhirnya penulis memiliki titik puncak akan kejenuhan dan muak melihat berbagai simpang-siur terkait opini pelemahan rupiah yang tidak memiliki dasar (teori).

Artikel ini penulis kemas dengan struktur komprehensif dan informatif. Penulis juga menyertakan beberapa referensi terkait teori-teori dan istilah-istilah yang tidak dijelaskan secara tuntas untuk mempersingkat alur penjelasan artikel ini.

Krisis dan Pelemahan Rupiah

Dimulai dengan memahami krisis dan pelemahan rupiah, penulis mencoba untuk menyadarkan pembaca bahwa kedua terminologi tersebut memiliki arah yang cenderung sama, namun, dengan pengertian yang berbeda.

Mengutip dari kamus Cambridge[1], krisis diartikan sebagai suatu ketika (waktu) dimana terjadi ketidaksepahaman, kebingungan, atau penderitaan yang sangat hebat (besar). Pengertian kedua ialah sebuah titik situasi dimana terjadi keadaan yang sangat menyulitkan (berbahaya) secara ekstrim. Jika kita mengacu pada konteks ekonomi, krisis bisa diartikan sebagai perubahan drastis situasi perekonomian yang menyebabkan kesulitan (kegagalan) ekonomi dalam waktu yang singkat (secara tiba-tiba).

Dengan sekilas melihat pengertian tersebut, kita bisa langsung membandingkan pelemahan rupiah yang terjadi pada tahun 1998 dan tahun 2008 dengan pelemahan rupiah yang terjadi pada tahun 2018. Gambar 1 memperlihatkan pelemahan rupiah yang terjadi dalam waktu singkat pada tahun 2008 dan 1998.

Sumber: Bank Indonesia (2018)

Namun jika kita bandingkan dengan pelemahan rupiah pada tahun 2018, dapat kita perhatikan bahwa sebenarnya pelemahan rupiah sudah terjadi sejak tahun 2016. Kita perlu mencermati bahwa rupiah melemah secara bertahap dan tidak terjadi dalam waktu yang singkat.

Sumber: Bank Indonesia (2018)

Hal yang membedakan baik pada pelemahan rupiah tahun 1998 dan 2009 dengan pelemahan rupiah pada tahun 2018 adalah kurun waktu terjadinya pelemahan. Hal tersebut sebenarnya bisa dianalisis dengan konsep ekonomi makro, yakni mengacu pada kondisi fundamental perekonomian. 

Dengan berkaca dari kedua gambar tersebut dengan kaitannya terhadap definisi "krisis", dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa pelemahan rupiah tahun 1998 dan 2009 merupakan sebuah krisis. Rupiah memang benar mengalami pelemahan yang hampir mencapai titik terendahnya pada tahun 2018. Namun secara definisi, rupiah belum tentu (dan jangan sampai) mengalami krisis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline