Lihat ke Halaman Asli

Hilman Idrus

Fotografer

3 Genre Ini Membuat Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Fotografi

Diperbarui: 30 Juli 2020   17:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seorang Ibu menjemur Cengkeh di tepi jalan raya. Dokpri.

Sejak geluti dunia fotografi pada 2011 silam, semua genre dalam dunia melukis cahaya, pernah saya tekuni. Hanya saja, ada 3 genre fotografi yang paling saya sukai, yaitu foto jurnalistik, human interest (HI), dan landscape. 

Memang, saat itu, di Kota Ternate, Maluku Utara, lagi tren genre fotografi model dan landscape, karena teman-teman yang menimba ilmu di Bandung, Jakarta dan Makassar, ketika kembali ke Ternate mereka membentuk sejumlah komunitas fotografi yang menghimpun para fotografer pada dua genre tersebut. 

Seorang pedagang sayur di pasar Higienis Ternate sedang menunggu para pembelia. (9/5/2017) Dokpri.

Sehingga, genre foto jurnalistik dan human interest kurang diminati. Mungkin, alasan mereka cukup sederhana, kedua genre ini tidak mendatangkan keuntungan, terlebih banyak kalangan menilai fotografi jurnalistik merupakan pekerjaan para jurnalis, begitu pun juga, sama halnya foto human interest tidak menghasilan uang, bila dibandingkan dengan fotografi model dan landscape. 

Ketika itu, saya bergabung pada komunitas yang dibentuk teman-teman tersebut. Namun, lama-kelamaan mulai bosan, lantaran fotografi model dituntut harus menguasai aplikasi Photoshop. 

Seorang anak duduk menyendiri memanfaatkan sebatang kayu di atas air. Dokpri

Sementara, genre lanscape saat itu, bukan karena tidak cocok, akan tetapi peralatan yang saya miliki belum lengkap -- untuk membuat foto landscape, lantaran teman-teman fotografer lebih menyukai memotret landscape dengan teknik slows peed. Sehingga, saya merasa belum saatnya tekuni genre landscape, bagi saya, suatu saat nanti jika peralatan sudah lengkap, pasti akan fokus memotret landscape. 

Karena, hanya bermodal lensa Kit 18-55 mm, Fix 50 mm, dan Tamron 70-300 mm ditambah teknik mengedit foto pun masih dikategorikan amatir, khususnya foto model, sehingga saya memutuskan ikut memotret sambil belajar mengedit foto model. 

Seorang pedagang ikan mengatur ikannya. Dokpri.

Saat itu, memang ada persaingan antar komunitas dalam menghasilkan foto "bagus", justru itu, saling "sindir" pun tak bisa dihindari, apabila foto yang diposting pada media sosial, sering mendapat kritikan -- baik yang bersifat positif, maupun negatif, membuat teman-teman fotografer amatir lainnya, terkadang malu untuk mempublikasikan hasil karya mereka.

Terlepas dari memotret model, saya tetap mengasah kemampuan dalam memotret aktivitas warga, entah di kota, desa, maupun gedung-gedung di pusat kota.  Sehingga tak jarang sindiran-sindiran bahwa saya lebih cocok memotret orang dengan teknik candid, karena mereka sangat paham, kemampuan saya dalam mengaplikasikan Photoshop memang tidak se-mahir mereka. 

Salah seorang penjahit sepatu di pasar Gamalama Ternate. Dokpri.

Sadar, bahwa  mengedit foto tidak sebagus teman-teman lainnya. Sehingga, selain terlibat dalam komunitas foto model, saya memilih menentukan genre yang nantinya menjadi warna tersendiri bagi saya. 

Maka, di pagi maupun sore hari pada liburan akhir pekan, saya tetap berjalan dari sudut-sudut kota -- memotret, pokoknya apapun yang dilihat, tetap saya abadikan. 

Seorang petugas pembawa baki berbaris menuju tempat Sang Saka merah putih pada upacara HUT RI ke-73 tahun 2018 di lapangan Ngara Lamo Ternate (17/8/20) Dokpri.

Inilah menjadikan saya sebagai satu dari sekian fotografer di kota Ternate, yang memiliki karya komplit menceritakan wajah kota Ternate 10 tahun terakhir, sementara bagi teman lainnya yang konsentrasi ke genre model tidak memiliki galeri yang lengkap menceritakan wajah kota Ternate. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline