Mohon tunggu...
Hilman Idrus
Hilman Idrus Mohon Tunggu... Administrasi - Fotografer

√ Penikmat Kopi √ Suka Travelling √ 📷

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

3 Genre Ini Membuat Saya Jatuh Cinta dengan Dunia Fotografi

29 Juli 2020   15:43 Diperbarui: 30 Juli 2020   17:53 697
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seorang Ibu menjemur Cengkeh di tepi jalan raya. Dokpri.

(Cerita tentang wajah Kota Ternate 10 tahun terakhir melalui visual akan saya sampaikan pada tulisan berikutnya). 

Seorang artis Dangdut menghibur massa kampanye Cagub-Cawagub AGK-Yasin di lapangan PPN Ternate, (23/6/2018) Dokpri.
Seorang artis Dangdut menghibur massa kampanye Cagub-Cawagub AGK-Yasin di lapangan PPN Ternate, (23/6/2018) Dokpri.
Karena, tidak menguasai Photoshop seperti teman-teman fotografer lainnya, tak lantas membuat saya pesimis. Setiap saat, saya terus mempelajari teknik memotret di internet bahkan membeli diktat Teknik Fotografi Digital pada salah satu Sekolah Fotografi di Surabaya pada 7 Februari 2013. Begitupun sejumlah buku fotografi di toko buku yang saya koleksi untuk menambah ilmu di bidang melukis cahaya. 

Seorang pedagang menunggu para pembeli di pasar Kota Baru Ternate Selatan. Dokpri.
Seorang pedagang menunggu para pembeli di pasar Kota Baru Ternate Selatan. Dokpri.
Seiring berjalan waktu, teknik mengedit foto perlahan-lahan mulai saya kuasai. Tapi, bukan berarti saya "jatuh cinta" terhadap genre fotografi model, walaupun beberapa kali dibayar untuk memotret pre wedding dan wedding, akan tetapi saya merasa genre foto jurnalistik, human interest dan landscape sudah menjadi pilihan, karena ketiga genre inilah mengantarkan saya meraih sejumlah penghargaan melalui lomba fotografi di Kota Ternate maupun tingkat Provinsi Maluku Utara. 

Foto Human Interest

Sebagai fotografer, genre foto yang satu ini, memang tidak hanya membutuhkan teknik memotret semata, tapi kesiapan mental-lah yang paling utama, karena tak jarang banyak fotografer merasa sulit untuk dapatkan gambar yang baik, lantaran sangat "kaku" dalam membangun interaksi dengan orang sebagai objek yang hendak dipotret. Terlebih memotret pada tempat keramaian, seperti: pasar, masjid, pelabuhan, bandara dan tempat umumnya lainnya. 

Seorang pedagang sayuran senyum saat menatap lensa Kamera. Dokpri.
Seorang pedagang sayuran senyum saat menatap lensa Kamera. Dokpri.
Selain, mental, genre human interest (HI) lebih cocok untuk fotografer berjiwa humoris. Sebab, di lapangan kita sering mendapati orang dengan karekter yang berbeda-beda.

Ada yang suka dan tak suka jika dipotret, sehinga berbagai trik yang kita pakai untuk memuluskan keinginan kita, salah satunya ialah membaca situasi dan merespon dengan cerita-cerita bersentuhan dengan mereka, baik humoris maupun cerita lainnya yang menjadi kesukaan orang yang kita potret. 

Saling kejar, momen balapan motor yang diselenggarakan IMI Maluku Utara di Kelurahan Mangga Dua Ternate (30/12/2015) Dokpri.
Saling kejar, momen balapan motor yang diselenggarakan IMI Maluku Utara di Kelurahan Mangga Dua Ternate (30/12/2015) Dokpri.
Teknik ini, selalu saya gunakan ketika memotret dan menghasilkan gambar yang terbilang cukup baik, walaupun begitu, terkadang menemui hambatan yaitu ada orang-orang tertentu yang sangat tidak suka jika kita mendekati mereka dengan memegang kamera, sehingga trik lainnya yang harus kita gunakan, yaitu teknik meng-candid, merupakan alternatif dalam menghasilkan foto. 

Seorang bocah menunggu Bapaknya sholat. Dokpri.
Seorang bocah menunggu Bapaknya sholat. Dokpri.
Di Ternate, boleh dibilang genre yang satu ini menjadi ciri khas bagi saya, mungkin kata human interest (HI) sama seperti nama saya Hilman Idrus (HI) he...he...he....

Sebab, ketika orang mendiskusikan foto human interest (HI) pasti nama saya disebut, karena genre ini merupakan kiblat saya. Dan foto human interest, termasuk paling banyak -- yang sementara saya susun menjadi buku fotografi, menceritakan 10 tahun saya geluti dunia melukis cahaya. 

Seorang bocah berdiri bersama pasukan adat Kesultanan Ternate di depan Masjid Kesultanan, menunggu Sultan keluar dari Masjid, (24/9/2015) Dokpri.
Seorang bocah berdiri bersama pasukan adat Kesultanan Ternate di depan Masjid Kesultanan, menunggu Sultan keluar dari Masjid, (24/9/2015) Dokpri.
Bukan hanya memotret orang-orang di tempat keramaian, maupun saat mereka berada di rumah. Akan tetapi di tempat kerja -- kampus IAIN Ternate, dari 2011 hingga 2018 semua foto pegawai dan dosen tersimpan rapih dalam hardisk maupun komputer di rumah saya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun