Lihat ke Halaman Asli

Kasus Pelanggaran HAM di Kalangan Pelajar

Diperbarui: 26 Juli 2017   23:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

OKNUM POLISI ANIAYA BOCAH SD.MA, salah satu pelajar SDN Kumai Hilir 1, mengalami insiden yang membuatnya trauma parah. Ia ditampar berkali-kali oleh ASS, seorang brigadir polisi di Kabupaten Kotawaringin Barat, Kaimantan Tengah. Ha ini berawal ketika MA memukul teman kelasnya, DA (anak dari ASS), yang telah mengejek dirinya karena mengenakan baju yang robek. DA menjerit dan mengadu kepada ayahnya yang telah menunggu di gerbang sekolah. Ayahnya yang tidak terima langsung masuk ke lingkungan sekolah dan menampar MA berkali-kali di depan guru serta teman-teman kelasnya. ( www.sindonews.com )

KASUS BULLYING DI MALL.Sebuah video berdurasi 50 detik ini memperlihatkan beberapa siswi SMP yang mengeroyok satu siswi lainnya di kawasan Thamrin City, Jakarta Pusat. Siswi SMP itu tidak terlihat melawan dan diam saja bahkan sampai mau mencium tangan siswi-siswi yang membullynya. Diduga kasus ini berawal dari sebuah ledek-ledekan antar pelajar lewat handphone yang kemudian meminta bertemu di Thamrin City. ( www.tribunnews.com )

MALFUNGSI TEMPAT MENIMBA ILMU.Sebuah kasus bullying menimpa Universitas Gunadharma. Terlihat dari sebuah video yang viral pada 15 Juli 2017 ketika MF dibullyhabis-habisan oleh teman-teman satu jurusannya. Setelah diketahui, ternyata MF memang sudah menjadi korban sejak tahun pertama hanya saja dia tidak pernah menceritakannya. Ia baru berbicara ketika videonya sudah tersebar di media sosial. Para pelaku kasus ini sudah diskors selama dua belas bulan oleh pihak universitas. ( www.liputan6.com )

Seharusnya kita semua sebagai warga negara Indonesia harus tahu betul apa itu integrasi. Kasus-kasus seperti diatas bisa merupakan sebuah indikasi bahwa warga di negara kita benar-benar tidak mengerti konsep persatuan. Apalagi, dunia ini telah mengakui keberadaan HAM. Lantas, jika negara kita pun mengakui dan menjunjung tinggi adanya HAM, mengapa rakyatnya seperti ini? Mengapa kasus kekerasan dan bullying tidak berhenti dan malah semakin marak terjadi? Kita seharusnya bisa mawas diri dan sama-sama selaku warga Indonesia merubah sikap menuju arah yang lebih baik. Hormati orang lain jika kita mau dihormati. 

Hargai orang lain jika kita mau dihargai. Kita akan mendapatkan perlakuan baik apabila kita memperlakukan orang lain dengan baik pula. Di samping itu, kita tidak boleh main hakim sendiri. Apabila ada orang yang berlaku tidak sepantasnya terhadap kita atau anak kita, ketahuilah akar masalahnya terlebih dahulu dan selesaikan baik-baik. Jika tidak, cukup laporkan kepada pihak berwajib dan jangan melakukan penganiayaan yang tidak jelas. Penganiayaan tersebut justru malah akan merugikan kita.

Sangat miris ketika melihat berbagai kasus yang terjadi di negara ini sering terjadi di kalangan pelajar. Sekolah yang seharusnya menjadi sarana belajar bagi siswa, kok malah menjadi lahan kekerasan bagi pihak lain? Untuk apa ada samsak jika anda masih menggunakan manusia menjadi objek hantaman anda? Mulailah berpikir dewasa! Jika kita semua tidak mulai untuk merubah pola pikir dan pola perilaku ke arah yang lebih baik, mau dibawa kemana negara kita?

 Apa yang akan terjadi kepada negara ini jika lahan pendidikan saja sudah dijadikan tempat mendaratkan pukulan dan tamparan? Mari perbaiki diri dan jadikan sekolah-sekolah negeri ini menjadi tempat yang seharusnya dan mewadahi anak-anak berbakat yang kelak bisa menjadi orang-orang berguna bagi negeri ini.

M Hikmat Irham M & Satya Raka P W

XII MIPA 4




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline