Lihat ke Halaman Asli

Tatang Hidayat

Pegiat Student Rihlah Indonesia

Raih Kesuksesan Hakiki Pasca Bulan Ramadhan

Diperbarui: 25 Juni 2018   20:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Raih Kesuksesan Hakiki Pasca Bulan Ramadhan

Raih Kesuksesan Hakiki Pasca Bulan Ramadhan

Oleh : Tatang Hidayat (Ketua Umum Lingkar Studi Al-Qur`an Pemuda Kota Bandung)

Tidak terasa bulan yang selama ini dinantikan oleh seluruh kaum muslimin di dunia telah meninggalkan kita, bulan dimana seluruh kaum muslimin di dunia melaksanakan ibadah yang sama yakni shaum Ramadhan. Kita tidak tahu, apakah kita akan bertemu lagi dengan Ramadhan tahun depan? Lalu, sudahkah kita memanfaatkan momentum Ramadhan ini dengan semaksimal mungkin? Sudahkah ketakwaan kita bertambah melalui shaum Ramadhan kali ini ?

Saat ini kaum muslim telah merayakan Idul Fitri sebagai hari kemenangan dengan penuh kegembiraan. Tentu, gembira bukan karena telah bebas dari kewajiban melaksanakan shaum Ramadhan. Namun kegembiraan ada harapan untuk berjumpa dengan Allah SWT di Surga nanti dan berharap mendapat ampunan-Nya melalui ibadah di bulan Ramadhan ini.

Kita pun sepantasnya bergembira karena kaum muslimin pada malam Idul Fitri serentak mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid yang membahana memenuhi jagat raya. Seruan takbr, tahll dan tahmd ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Dialah Yang telah memberikan hidayah, kekuatan dan kesabaran kepada kita semua. Dengan itu kita dapat menuntaskan shaum Ramadhan dengan sebaik-baiknya.

Namun demikian, dalam menghadapi hari raya Idul Fitri dan pasca Bulan Ramadhan ini tentu kita tidak boleh larut dalam kegembiraan yang berlebihan dan cenderung kepada gaya hidup hedonisme bahkan sampai melupakan nasib saudara-saudara kita di belahan negeri lainnya yang tengah berada dalam kedzaliman.

Saudara-saudara kita di Palestina sampai saat ini  masih dijajah. Selama puluhan tahun tanah mereka dirampas dan diduduki oleh kaum Zionisme Israel hingga kini. Sebagian penduduknya dibunuh, sebagian lagi terusir, mereka hidup menderita. Mereka terlunta-lunta hingga hari ini. Keadaan mereka selalu terancam, mereka harus menghadapi kekejaman negara zionis sendirian, termasuk sepanjang bulan Ramadhan kali ini.

Begitupun dengan saudara-saudara kita di Irak dan Afganistan, sampai saat ini masih berada di bawah cengkeraman negara imperialis, Amerika Serikat dan sekutunya. Keadaan memilukan juga dialami saudara-saudara kita di Cina. Di negara Komunis itu, umat Islam dari suku Uighur di Xinjiang menjadi korban kebrutalan suku Han. Suku ini didukung penuh oleh rezim Komunis, Cina.

Nasib yang sama dialami saudara-saudara kita di Pattani Thailand, Moro Philipina Selatan, Rohingya di Miyanmar, Kashmir, Srilanka, Pakistan, Bangladesh dan di beberapa negeri negeri Muslim lainnya. Semua ini kian memperpanjang daftar penderitaan kaum muslimin hari ini.

Adapun yang ada di dalam negeri, umat Islam terus-menerus ditekan dan disudutkan. Di antaranya melalui isu radikalisme dan terorisme yang kembali dimunculkan. Banyak ulama dikriminalisasi. Umatnya pun terus diawasi. Bahkan dunia kampus yang sejatinya dunia akademik pun ditekan, para dosen dan mahasiswa yang kritis pun di awasi, persekusi hingga diintimidasi.

Pihak-pihak yang membenci Islam berusaha dengan sekuat tenaga mengaitkan aksi terorisme dengan perjuangan dakwah menerapkan aturan Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Alhasil, saat ini kita merayakan Hari Kemenangan justru dalam kekalahan di hampir semua lini kehidupan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline