Lihat ke Halaman Asli

HIDAYAT

Praktisi Pendidikan

Apresiasi dan Penghargaan tertingggi untuk Prof. Dr. A. Rusdiana: Suluh Pemikiran Menuju Indonesia Emas 2025

Diperbarui: 30 Juli 2025   23:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kiriman Prof. A Rusdina 30/07/2025

Apresiasi dan Penghargaan Tertinggi untuk Prof. Dr. A. Rusdiana: Suluh Pemikiran Menuju Indonesia Emas 2045

Oleh: Hidayat

Di tengah diskursus kebangsaan yang dinamis dalam menyongsong visi Indonesia Emas 2045, kontribusi pemikiran yang substantif dan berorientasi masa depan menjadi sebuah keniscayaan. Dalam konteks ini, kami menyampaikan apresiasi dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. A. Rusdiana, seorang intelektual yang menunjukkan konsistensi dan produktivitas luar biasa. Rangkaian karya tulis beliau, yang secara simbolis dipublikasikan serentak pada 30 Juli 2025, bukan sekadar kumpulan artikel, melainkan sebuah manifesto akademik yang koheren untuk pembangunan kapital insani Indonesia. Dedikasi ini mencerminkan komitmen mendalam dan kesadaran akan urgensi mempersiapkan fondasi bangsa yang kokoh.

Prof. Dr. A. Rusdiana memanifestasikan dirinya sebagai penulis teladan yang gagasannya berfungsi sebagai peta jalan strategis. Beliau tidak hanya bernarasi tentang tujuan, tetapi juga membedah pilar-pilar fundamental yang harus dibangun. Analisis terhadap karya-karyanya menunjukkan empat pilar utama yang saling terhubung sebagai paradigma pendidikan masa depan:

Pertama, Keseimbangan Fisik, Emosional, dan Digital. Dalam era disrupsi teknologi yang tak terelakkan, Prof. Rusdiana menggarisbawahi sebuah imperatif krusial: pengembangan manusia utuh. Beliau berargumen bahwa kemajuan digital harus diimbangi dengan penguatan kesehatan fisik dan, yang terpenting, resiliensi emosional. Konsep ini adalah antitesis dari dehumanisasi akibat teknologi. Gagasan ini mendorong lahirnya generasi yang tidak hanya cakap secara digital (digital savvy), tetapi juga cerdas secara emosional, mampu mengelola stres, dan menjaga kesejahteraan holistik sebagai fondasi produktivitas jangka panjang.

Kedua, Pendidikan Holistik Era 5.0. Melampaui definisi konvensional, paradigma Pendidikan Holistik yang ditawarkan Prof. Rusdiana selaras dengan visi Society 5.0---sebuah tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia. Kerangka kerja ini mentransformasi peran pendidikan dari sekadar transfer pengetahuan menjadi arena pembentukan karakter, penumbuhan nalar kritis, dan pengembangan kreativitas. Ini adalah panggilan untuk mereformasi kurikulum dan pedagogi agar mampu menghasilkan lulusan yang adaptif, kolaboratif, dan mampu memecahkan masalah kompleks, bukan sekadar penghafal informasi.

Ketiga, Penguatan Kesadaran Emosional dan Empati. Di tengah tantangan polarisasi sosial dan globalisasi, Prof. Rusdiana menempatkan kecerdasan emosional dan empati bukan sebagai soft skill, melainkan sebagai kompetensi fundamental peradaban. Penguatan aspek ini dalam sistem pendidikan adalah investasi strategis untuk membangun kohesi sosial, toleransi, dan etika digital. Generasi yang berempati adalah prasyarat mutlak untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, inklusif, dan harmonis---pilar utama dari cita-cita Indonesia Emas.

Keempat, Peran Vital Guru dan Orang Tua dalam Ekosistem Pendidikan. Prof. Rusdiana secara tegas menolak pandangan bahwa pendidikan adalah tanggung jawab sekolah semata. Beliau mengadvokasikan sebuah paradigma kolaboratif, di mana guru berperan sebagai fasilitator pembelajaran dan orang tua sebagai mitra strategis. Sinergi ini menciptakan sebuah ekosistem pendidikan yang konsisten, di mana nilai-nilai karakter dan etika yang diajarkan di sekolah diperkuat dalam lingkungan keluarga. Kemitraan ini adalah kunci untuk memastikan keberhasilan pendidikan anak secara menyeluruh.

Bagi para talenta muda Indonesia, jejak intelektual Prof. Dr. A. Rusdiana adalah warisan sekaligus inspirasi. Beliau menyajikan model intelektualisme yang membumi---gagasan besar yang relevan dan aplikatif. Beliau membuktikan bahwa kontribusi bagi negara dapat diwujudkan melalui ketajaman analisis, kerja keras yang konsisten, dan kepedulian tulus. Gagasan bahwa Indonesia Emas membutuhkan "manusia emas" yang utuh secara fisik, emosional, dan sosial adalah kompas moral dan cetak biru bagi generasi penerus untuk berkarya.

Terima kasih, Prof. Dr. A. Rusdiana. Karya Anda adalah suluh intelektual yang tidak hanya menerangi, tetapi juga menghangatkan harapan. Semoga pemikiran-pemikiran cemerlang ini dapat terus didiseminasikan, diimplementasikan, dan dihidupkan oleh para pendidik, pemangku kebijakan, dan seluruh komponen bangsa untuk mengakselerasi terwujudnya Indonesia Emas 2045 yang kita dambakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline